sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anies tanam Bougenville, seberapa efektif kurangi polusi?

Anies Baswedan melakukan penanaman Bougenville di sepanjang Jalan Sudirman, Jakarta.  Apakah sanggup mengurangi polusi udara?

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Minggu, 18 Agst 2019 15:50 WIB
Anies tanam Bougenville, seberapa efektif kurangi polusi?

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan penanaman tanaman Bougenville di sepanjang Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (18/8). 

Penanaman Bougenville itu sebagai salah satu upaya untuk pengendalian kualitas udara Jakarta. Total ada 100.000 Bougenville yang ditanam di sepanjang Jalan Sudirman-MH Thamrin. 

Menurut Anies, keistimewaan dari tanaman bunga Bougenville dapat menyerap polusi udara yang tinggi. Selain itu, tanaman Bougenville juga memiliki unsur estetika yang memukau dan dapat menghilangkan stress. 

“Saya berharap nanti di Jakarta ditanami tanaman yang sesuai dengan relevansi kebutuhannya,” ujar Anies dalam siaran pers yang diterima Alinea.id, Minggu (18/8).

Penamaman Bougenville ini merupakan bentuk kolaborasi antara Pemprov DKI Jakarta dengan berbagai instansi dan komunitas di bidang lingkungan hidup dan warga. Nantinya, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kehutanan akan membangun 200 taman dan 2 juta tanaman, yakni 500.000 pohon dan 1,5 juta tanaman hias hingga 2022.  

Selain penanaman 100.000 Bougenville di Jalan Sudirman-MH Thamrin, pada Senin (19/8) akan dimulai penanaman serentak tanaman penyerap polutan di enam Kantor Walikota/Bupati oleh jajaran perangkat daerah dan 100 sekolah negeri oleh para guru dan murid sekolah.

Efektif kurangi polusi udara? 

Lalu, seberapa efektif tanaman Bougenville sanggup mengurangi polusi udara? 

Sponsored

Manajer Kampanye dan Perkotaan Walhi Dwi Sawung Eknas mengatakan penanaman itu tak efektif menurunkan polusi udara. Menurut dia, penanaman Bougenville hanya bermanfaat untuk estetika kota saja.

"Mungkin menanam tanaman keras saja seperti Mahoni, Perdu, dan Karsen," ujar dia kepada Alinea.id.

Upaya pengurangan polusi udara melalui tanaman, menurut dia, perlu memperhatikan lokasi penanaman dan jenis tanaman. Dua faktor itu berpengaruh terhadap sebaran polutan. Jika menanamnya di antara kendaraan dan trotoar, diprediksi bisa mengurangi sekitar 10% polusi setiap harinya.

Kendati demikian, menurut Dwi, perlu upaya lain untuk menurunkan polusi udara. Faktor penting untuk menurunkan udara adalah pengendalian sumber emisinya. 

"Intinya, Jalan Sudirman-Thamrin penuh pohon pun tidak akan menurunkan polusi kalau sumbernya terus dibiarkan bertambah. Perlu cara lain, pembatasan kendaraan, sumber emisi dari industri dikurangi, bahan bakar standar diperketat," katanya.

Pengamat Transportasi dan Tata Kota Yayat Supriatna mengatakan, penananam Bougenville tersebut hanya untuk menghias wilayah Jalan Sudirman- MH Thamrin. Namun, belum tentu efektif untuk menyerap polusi udara. 

"Kalau untuk estetika bagus. Tapi harus dikaji kembali oleh para ahlinya terkait kemampuan daya serap polusi udara. Apakah tinggi atau enggak?" ujar Yayat saat dihubungi reporter Alinea.id.

Sebaiknya, kata Yayat, pemerintah perlu melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan ahli terkait manfaat tanaman sebelum melakukan penanaman pohon.

"Tanya ahli tanaman, apa saja jenis tanamam yang cocok untuk menyerap polusi di Jakarta? Apalagi Jakarta lahannya sudah mengeras semua. Apa perlu dalam pot?" ucapnya.

Menurutnya, untuk mengurangi polusi udara tidak dapat hanya mengandalkan penanaman pohon atau bunga saja. Sumber polusi harus diperketat, pembuangan emisi dikurangi, dan bahan bakar kendaraan (BBM) perlu diganti yang lebih ramah lingkungan.

"Jadi, emisi udara diperketat, uji emisi wajib, bahan bakar diganti, mobil tua yang buang banyak polusi dikurangi atau diganti dengan gas atau listrik," ucap dia.

Sementara itu, merujuk pada tulisan "Penggunaan Tumbuhan sebagai Pereduksi Pencemaran Udara" yang diterbitkan Jurnal Institut Sepuluh November, tanaman Bougenville terbukti mampu menyerap timbal yang berasal dari gas buangan kendaraan bermotor. Hal ini berdasarkan penelitian terhadap sejumlah tanaman yang ditanam oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

Penelitian tersebut menjelaskan Bougenville mampu menyerap gas polusi NO2 dengan tingkat serapan 45,44 (μg/g). Angka ini menunjukkan daya serap polusi Bougenville cukup tinggi. Masih berdasarkan penelitian tersebut, selain Bougenville, pohon lain seperti pohon Asam, Angsana, dan Puring juga terbukti ampuh menyerap logam timbal.

Berita Lainnya
×
tekid