BBM naik, politikus Gerindra minta pemerintah perhatikan nasib petani
Petani terdampak kenaikan harga BBM, pemerintah didesak turun tangan.
Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Abdul Wachid, meminta pemerintah memperhatikan nasib para petani pascaharga BBM naik. Wachid mengaku prihatin dengan kondisi para petani imbas kenaikan harga BBM subsidi.
"Efek domino kenaikan BBM jelas berpengaruh terhadap Harga Pokok Produksi (HPP) petani dan tentu saja petani semakin berat menghadapi kondisi semacam ini. Kenaikan BBM membuat para petani menjerit Bapak Presiden (Joko Widodo)," kata Wachid kepada wartawan, Jumat (9/9).
Menurut Wachid, pascakenaikan harga Pertalite dan Solar, para petani kebingungan menghadapi kondisi yang semakin kompleks. Kata dia, para petani tidak tahu harus mengadu ke siapa akan nasibnya.
"Petani padi, tebu, sayuran nelayan, tambak dan lain-lain mereka hidup di desa-desa pinggir laut di gunung-gunung. Jauh dari para elite dan tidak tahu cara menyuarakan jeritan hatinya," ujarnya.
Saat ini saja, lanjut Wachid, harga BBM jenis Solar yang sering dipakai para petani untuk mengolah kebun dan berlayar di laut langsung naik tinggi.
"Dari harga semula Rp5,150 liter naik Rp1.650 liter menjadi Rp6.800 liter, jelas sangat memberatkan para petani," tutur dia.
Menurut dia, kenaikan harga BBM memberatkan beban biaya sarana produksi. Upah buruh tani dan biaya angkut juga akan naik. Kemudian, beban biaya hidup, harga pupuk dan obat-obatan juga akan ikut naik.
"Sedangkan di petani harga tidak ikut naik, bahkan kadang kalau harga di petani naik sedikit saja sudah ribut di media, seakan-akan petani tidak boleh mendapatkan keuntungan," ucap dia.