sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Blak-blakan Juru Wabah UI dicuekin Jokowi hingga diminta presentasi

Pemerintah tidak akan melirik kajian Covid-19 jika tidak dikaitkan dengan ekonomi.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Jumat, 15 Jan 2021 18:37 WIB
Blak-blakan Juru Wabah UI dicuekin Jokowi hingga diminta presentasi

Ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai orientasi penanganan pandemi Covid-19 pemerintah selalu terpaku dengan sektor ekonomi. Penilaian itu didasarkan atas pengalamannya yang pernah memaparkan kajian terkait peningkatan kasus pada awal 2021.

Juru Wabah UI itu menuturkan, kala dirinya menyiarkan prediksi peningkatan kasus Covid-19 pada Januari hingga Maret 2021, tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah. Namun, prediksi itu langsung direspons pemerintah ketika dirinya mengaitkan persoalan ekonomi dengan kajian yang disusun pihaknya.

"Begitu saya lingkari pakai spidol merah, kemudian baru dapat perhatian dan Pak Presiden meminta saya dan tim mempresentasikan dan bagaimana gambaran selanjutnya. Jadi, memang masalah pandemi ini kalau kita ngomongnya gambaran suram pandemi di awal 2021 kemudian saya katakan ekonomi rakyat semakin sulit, kita masukkan kata-kata ekonomi bukan pandemi saja, baru mereka akan memikirkan bahwa ini adalah masalah serius," kata Pandu, dalam webinar bertajuk "Demokrasi dimasa Pandemi," Jumat (15/1).

Menurutnya, ahli epidemologi perlu mengaitkan persoalan pandemi dengan ekonomi. Sebab jika tidak, pemerintah tidak akan melirik pandangan atau kajian terkait Covid-19.

"Dengan duit, dengan macam-macam. Kalau dengan pandemi saja, orang mau mati, mau masuk rumah sakit, rumah sakit penuh, kuburan penuh, itu tidak menjadi perhatian serius. Jadi kita harus kaitkan dengan ekonomi, baru seperti backup," tutur Pandu.

Lebih lanjut, dia mengkritik fokus penanganan pandemi oleh pemerintah dengan cara vaksinasi Covid-19. Dia menegaskan, vaksi Sinovac yang telah dipilih pemerintah tidak menunjukan efikasi yang baik. Hal itu didasarkan atas kajian uji klinis vaksin Sinovac di Brazil.

"Jadi, ternyata hasil studi terakhir yang kemarin di umumkan di Brazil ternyata efikasinya hanya sekitar 50,3%. Artinya, Sinovac ini mengurangi resiko untuk menjadi sakit 50% lebih rendah kalau dibandingkan tidak divaksin," terang Pandu.

Tak hanya Sinovac, lanjut Pandu, segala produk vaksin yang ada di dunia belum dapat membuktikan mencegah infeksi, dan mencegah penularan.

Sponsored

"Tidak ada bukti scientific ke arah sana. Belum ada. Hanya bisa kurangi resiko untuk mendapat penyakit Covid-19 yang berat," terangnya.

Merujuk pada teori wabah, Pandu menyebut vaksin tidak akan dapat megendalikan pandemi dalam waktu singkat. Seperti penyakit polio yang mulai proses vaksinasinya pada 1950, namun masih ada sampak saat ini meski sudah berhasil dikendalikan.

"Itu mengindikasikan bahwa vaksin bukan satu-satunya cara yang bisa atasi pandemi. Apalagi vaksin itu tidak mencegah infeksi," ucap Pandu.

Berita Lainnya
×
tekid