sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BMKG: Jabodetabek merata diguyur hujan, intensitas tertinggi Pasar Minggu

BMKG beber empat penyebab hujan lebat di wilayah Jabodetabek.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Sabtu, 20 Feb 2021 13:29 WIB
BMKG: Jabodetabek merata diguyur hujan, intensitas tertinggi Pasar Minggu

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) secara merata diguyur hujan dengan intensitas lebat (50 mm) hingga sangat lebat (100-150 mm) pada 18-19 Februari 2021. Bahkan, tercatat pula wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, diguyur hujan dengan intensitas 226 mm per hari.

“Itu tertinggi di Pasar Minggu,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Sabtu (20/2).

Umumnya, hujan mengguyur wilayah Jabodetabek pada malam dini hari dan masih berlanjut hingga menjelang pagi. Ia pun mengungkapkan empat penyebab kondisi cuaca hujan ekstrem tersebut.

Pertama, termonitor adanya aktivitas seruakan udara dari kawasan Asia (utara Indonesia) yang cukup signifikan. Imbasnya, seruakan udara tersebut meningkatkan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat.

Kedua, adanya aktivitas gangguan atmosfer di zona equator yang mengakibatkan pertemuan angin dari Asia dengan angin dari Samudera Hindia. Pertemuan angin tersebut, lanjutnya, saling menghambat.

Kemudian, menjadi perlambatan, karena angin dari Asia terhalang dan tidak bisa langsung menerobos menuju ke selatan. Jadi, angin dari Asia membelok ke arah timur.

“Ini kebetulan kejadian membeloknya itu tepat melewati Jabodetabek. Saat membeloknya melambat, disitulah terjadi peningkatan pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya terkondensasi (pengembunan) turun sebagai hujan dengan intensitas tinggi,” tutur Dwikorita.

Ketiga, tingkat labilitas dan kebasahan udara di pulau Jawa bagian barat yang cukup tinggi. Dampaknya, meningkatkan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.

Sponsored

“Jadi, ini tingkat labilitas dan kebasahan udara (juga) yang berpengaruh dalam peningkatan curah hujan,” ujar Dwikorita.

Keempat, terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi (memusat) di sebagian besar pulau Jawa.

“Jadi, ini fenomena yang ada di Jawa. Tadi ada pertemuan-pertemuan angin itu ternyata juga dipengaruhi terbentuknya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang berakhir pada potensi pembentukan awan hujan di sekitar Jawa bagian barat, termasuk Jabodetabek,” ucapnya.

Tingginya intensitas hujan tersebut memicu banjir di DKI Jakarta, BPBD setempat tercatat sebanyak 372 KK dengan total 1.361 orang mengungsi, serta 4 RW dan 6 RT terdampak banjir di Jakarta Barat. Total pengungsi banjir di DKI Jakarta sebanyak 379 KK atau 1.380 orang.

Di sisi lain, masih banyak wilayah terdampak banjir akibat tingginya curah hujan dan luapan Kali Ciliwung, Kali Krukut, dan Kali Pesanggrahan di Jakarta Selatan. Juga luapan saluran penghubung (PHB) Sulaiman, Kali Sunter, Kali Cipinang di Jakarta Timur.

“Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Kondisi genangan sedang ditangani oleh Dinas Sumber Daya Air, Damkar, dan PPSU Kelurahan yang ditargetkan akan surut dalam waktu cepat. Kami juga masih mengerahkan personel untuk memantau situasi di lokasi-lokasi yang rawan terdampak genangan," ujar Sabdo dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/2).

Untuk itu, ia mengimbau warga DKI Jakarta tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan. Jika terjadi keadaan darurat dapat menghubungi Call Center 112. Selain itu, warga DKI Jakarta diminta melaporkan jika menemukan genangan/banjir melalui aplikasi JAKI dan peta bencana.

Berita Lainnya
×
tekid