sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Epidemiolog: Pengabaian Omicron dan Delta bisa lahirkan varian rekombinan berbahaya

Varian Covid-19 rekombinan merupakan hasil kawin antara Omicron dan Delta dalam tubuh pasien yang terinfeksi keduanya.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 29 Des 2021 14:33 WIB
Epidemiolog: Pengabaian Omicron dan Delta bisa lahirkan varian rekombinan berbahaya

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, varian Covid-19 Omicron memiliki pertumbuhan eksponensial paling cepat. Untungnya, capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah lebih dari 40%. Imbasnya, jumlah orang yang telah memiliki imunitas jauh lebih banyak daripada ketika varian Delta ‘mengamuk’.

“Kalau bicara potensi gelombang 3, iya. Ini moderat. Sejauh ini, meskipun Omicron sepertinya moderat. Artinya tidak akan seburuk ketika Delta, tetapi tetap berdampak kalau membiarkan orang-orang terinfeksi, karena ada potensi long Covid-19,” ucapnya kepada Alinea.id, Rabu (29/12).

Namun jika dibiarkan, varian Covid-19 Omicron bisa menimpa kelompok rentan berisiko tinggi. Misalnya, anak-anak, lansia, pasien dengan komorbid, penyandang disabilitas, hingga pekerja pelayanan publik. Imbasnya, angka kematian akan meningkat secara signifikan. Apalagi saat ini, Indonesia masih harus mengendalikan dua varian Covid-19 berbahaya, yaitu Delta dan Omicron.

Pengabaian dalam pengendalian varian Covid-19 Delta dan Omicron, berpotensi melahirkan varian rekombinan. Varian Covid-19 rekombinan merupakan hasil kawin antara Omicron dan Delta dalam tubuh pasien yang terinfeksi keduanya. Ini mengkhawatirkan karena varian Covid-19 Omicron dapat menginfeksi orang-orang yang sudah divaksin. Sedangkan varian Covid-19 Delta memiliki keparahan yang lebih dari Omicron.

“Ini akan menjadi masalah besar. Bukan untuk Indonesia saja melainkan dunia,” ucapnya.

Saat ini, penemuan sub varian dari Delta sedang dalam pengamatan dan memiliki kecenderungan mematikan. “Ini baru deteksi. Ini sekali lagi menunjukkan bahwa pandemi belum usai, sehingga kita tidak boleh abai. Siapapun, mau pemerintah ataupun masyarakat,” tutur Dicky.

Apalagi kemampuan Indonesia dalam memitigasi risiko dan mengontrol karantina sangat lemah. Padahal itu mengartikan menempatkan masyarakat Indonesia dalam posisi yang berbahaya. Makanya, fungsi monitoring kedisiplinan dalam karantina harus ditingkatkan. Kalau perlu, harus ada sanksi. 

Untuk mencegah penularan varian Covid-19 Omicron, pemerintah Indonesia perlu meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment), 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas), dan mengejar target vaksinasi dosis lengkap. Misalnya, tes polymerase chain reaction (PCR) sebelum kedatangan ke Indonesia sebaiknya 1x24 jam. Total tiga kali tes PCR saat isolasi karantina di pintu masuk dan di luar itu. Kemudian, masker harus berkualitas tinggi, seperti N95 atau KN95, terutama pelayanan publik dan pelaku perjalanan.

Sponsored

Selain itu, Indonesia harus dapat mengejar target 80% penduduk sudah divaksin dosis lengkap. Saat ini, vaksinasi anak usia 6-11 tahun baru dimulai.

“Tidak perlu lockdown, PPKM, imunitas di masyarakat sudah banyak (vaksinasi dan karena tertular Covid-19),” ujar Dicky.

Berita Lainnya
×
tekid