sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ferdy Sambo susun skenario usai penembakan di kantor provos

Sambo memberikan uang kepada anak buahnya berangkat dari rasa bersalah karena telah melibatkan anggotanya.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Selasa, 13 Sep 2022 18:15 WIB
Ferdy Sambo susun skenario usai penembakan di kantor provos

Ferdy Sambo menyusun skenario pascapenembakan terhadap Brigadir Yosua atau Brigadir J di kantor Provos. Hal itu dilakukan sebelum pihak mantan Kepala Divisi Profesi dan Keamanan Polri itu menjalani pemeriksaan awal.

Kuasa Hukum Bripka Ricky Rizal, Erman Umar mengatakan, hal itu diketahui dari pemeriksaan tambahan terhadap kliennya yang hadir dalam pertemuan tersebut. Kegiatan itu dilaksanakan pada malam di hari yang sama usai peristiwa terjadi, yakni 8 Juli 2022.

"Itu kalau tidak salah itu di Provos, itu mungkin Sambo yang berperan di situ. Saya tidak ingat betul karena saya tidak baca lengkap ya. Karena tebal juga, jadi baru sepintas saya lihat dia pernah dikumpulkan," kata Erman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (13/9).

Menurutnya, Ferdy Sambo memberikan uang kepada anak buahnya berangkat dari rasa bersalah karena telah melibatkan anggotanya. Sikap Sambo diduga dengan diplomasi dan bukan intimidasi.

"Uang itu diberikan setelah mereka membuat skenario rekayasa. Jadi bukan pada saat awal itu dikasih duit,” ujar Erman.

Sebelumnya, Bripka Ricky Rizal, kata Erman, adalah eksekutor yang sempat ditunjuk oleh Ferdy Sambo untuk melakukan penembakan terhadap Brigadir Yosua atau Brigadir J. Hal itu diakui dalam pemeriksaan tambahan dan pendalaman isi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J. 

Erman Umar mengatakan, alasan penolakan oleh kliennya karena tidak punya mental yang cukup untuk melepaskan timah panas ke Brigadir J. Alhasil, Bharada Richard Eliezer yang menerima misi tersebut.

“Ya sudah si Richard dibisikkan (oleh Bripka Ricky), ‘Kamu (Bharada E) dipanggil Bapak (Ferdy Sambo) ke atas’. Udah naik si Richard, ya sudah, nggak berapa lama dia sudah nggak tahu lagi,” kata Erman di Mabes Polri, Selasa (13/9).

Sponsored

Erman menyebut, Putri Candrawathi keluar rumah untuk memanggil Bripka Ricky. Putri mengajak ajudan suaminya itu, termasuk Bripka Ricky Rizal, Kuat Ma'ruf, dan Brigadir J ke kediaman Duren Tiga.

Ajakan Putri tersebut dimaksudkan untuk melakukan isolasi. Namun, sang Asisten Rumah Tangga (ART) Susi tidak berada di sana kala itu melainkan di rumah yang berada di Saguling.

Menurut Erman, sesampainya di rumah Duren Tiga, Bripka Ricky Rizal menurunkan semua penumpang dan memarkir mobil. Dia juga berpapasan dengan Ferdy Sambo yang juga baru sampai dan langsung naik ke lantai atas kediamannya.

"Setelah itu di bawah dia tidak melihat lagi, yang dia ingat duduk terakhir di bawah itu si Romer, Joshua di taman, Richard mungkin sudah di atas sama Ibu,” ujar Erman.

Brigadir J di depan, Kuat Ma’aruf di tengah dan kliennya menyusul di belakang. Bripka Ricky saat itu menggunakan sepatu, ia membuka kasutnya tersebut. Ketika sudah masuk ke dalam, kliennya menyaksikan Ferdy Sambo tengah memberi perintah kepada Bharada E untuk menembak Brigadir J.

Ia menegaskan kliennya tidak mengetahui adanya dugaan pelecehan terhadap tersangka Putri Candrawathi dalam kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J. Namun, yang jelas diketahui kliennya adalah pertengkaran.

Entah pertengkaran apa yang dimaksud, namun diketahui saat itu Putri menangis dan memeluk sang ART, Susi. Ketika Brigadir J datang hendak menghampiri justru ditegur, hal itu membuat Brigadir J menghindar.

Berita Lainnya
×
tekid