sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kenali gejala depresi dan cara mengatasinya

“Gangguan psikologis tidak mengenal batasan usia atau profesi."

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Sabtu, 19 Okt 2019 09:36 WIB
Kenali gejala depresi dan cara mengatasinya

Gangguan psikologis dapat dialami oleh siapa pun. Psikolog Ayoe Sutomo mengatakan, masing-masing pribadi memiliki kadar kerentanan berbeda-beda terhadap risiko gangguan mental.

“Gangguan psikologis ini tidak mengenal batasan usia atau profesi. Ada rangsangan tertentu yang punya dampak psikologis berbeda pada setiap orang,” kata Ayoe, dihubungi Selasa lalu (15/10).

Walaupun begitu, salah satu stimulus utama yang dapat mengganggu kesehatan psikologis orang ialah penilaian atau komentar negatif dari pihak lain. Ayoe menambahkan, ada latar belakang atau kondisi psikologis dalam setiap individu yang menentukan seberapa besar dampak sebuah ujaran kebencian dapat menyakiti perasaan seseorang.

“Seperti stres, dampak terhadap beban psikologisnya akan lebih besar. Dalam waktu lama itu akan meningkat menjadi depresi,” kata Ayoe, pada Jumat (18/10).

Terdapat sejumlah ciri orang dengan depresi atau kecenderungan melukai diri. Psikolog klinis Tara de Thouars, menguraikan, gejala ini terlihat muncul dari tuturan lisan hingga berupa perubahan tindakan.

“Orang dengan depresi memiliki emosi yang selalu berubah-ubah. Ini tampak dari sikap lebih sensitif, mudah menangis, mudah marah atau kesal,” kata Tara ketika dihubungi Jumat (18/10).

Ciri lain orang depresi ialah mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan kesulitan dan ketidakmampuan seperti, “Saya lelah atau capai, saya tidak kuat”, dan semacamnya. Tara menyebutkan, perkataan semacam itu didorong pemikiran yang meragukan masa depan. Mereka umumnya juga mengeluarkan perkataan seperti “Ini enggak akan berubah; semuanya percuma; keadaan tidak akan menjadi lebih baik.”

Lebih jauh, terjadi perubahan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh orang depresi, antara lain bersikap menghindar, mengurung diri, dan tidak bersemangat.

Sponsored

Tara mengatakan, bila tanda-tanda tersebut muncul sebaiknya perlu disikapi dengan bijak. Dia menyebut hal itu sebagai alarm peringatan untuk diantisipasi.

“Alarm ini artinya ada dua, yaitu sebagai tanda bagi yang mengalami depresi bahwa dia membutuhkan bantuan. Sementara bagi orang di sekitarnya, diharapkan mampu memberikan bantuan,” ucap Tara.

Namun, Tara mengingatkan, seringkali orang sekitar malah berpeluang untuk memperburuk keadaan atas tekanan yang dihadapi orang yang mengalami depresi. Ini umumnya muncul dari komentar-komentar negatif yang cenderung menyudutkan, seperti “Kamu lemah”, “Kurang dekat kepada Tuhan”, “begitu saja stres”, “kamu sakit jiwa”.

Alih-alih penilaian negatif semacam itu, kata Tara, orang depresi hanya membutuhkan sebuah penerimaan, dukungan, atau tawaran bantuan. “Terima mereka (orang dengan depresi) apa adanya dan tidak terus memojokkannya dengan hateful comments,” ucapnya.

Solusi dan dukungan mental

Tara melanjutkan, setidaknya ada tiga langkah solusi dalam mengatasi depresi, yaitu psikoterapi, dukungan sosial, dan terapi obat. Dia mengungkapkan, ketiga solusi ini memiliki fungsi yang saling berkaitan dan berkesinambungan untuk mengatasi depresi.

Melalui psikoterapi, orang yang mengalami depresi didorong untuk bangkit dari rasa rendah diri dan lebih meningkatkan rasa keberhargaan diri. Psikoterapi juga berfungsi membantu meningkatkan kekuatan mental, mengetahui dan mengatasi pemicu atau akar masalah dari depresi.

“Psikoterapi lalu dapat mengembalikan kondisi dan fungsi psikologis seseorang kembali tenang dan normal,” kata dia.

Selain psikoterapi, terapi pengobatan dengan meminum obat-obatan tertentu diperlukan untuk meredakan gejala-gejala depresi. Terakhir, dukungan lingkungan sosial sekitar diperlukan sebagai sumber motivasi dan mencegah pihak luar yang dapat memberikan efek negatif.

“Supaya orang sekitar tidak menjadi sumber stres tambahan, justru harus memberi support,” ujarnya.

Tara pun mengatakan, setiap orang yang sedang mengalami depresi sesungguhnya memiliki potensi dan peluang untuk dapat mencapai perkembangan mental lebih baik. Dia menyemangati agar jangan sampai depresi mengaburkan celah harapan besar untuk mengatasi persoalan hidup.

“Buat yang sedang mengalami depresi, cepat atau lambat kebaikan pasti akan datang. Berikanlah kesempatan pada sebuah harapan meski sekecil apa pun,” tuturnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid