sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ketika harus memulai fase “new normal” hadapi Covid-19

Kehidupan dapat kembali normal setelah vaksin ditemukan dan dapat dipakai sebagai penangkal virus corona jenis baru itu.

Hermansah Manda Firmansyah
Hermansah | Manda Firmansyah Rabu, 13 Mei 2020 09:29 WIB
Ketika harus memulai fase “new normal” hadapi Covid-19

New normal, perangi COVID-19 dan pengendalian ekonomi

Berbicara Covid-19, maka hal itu tidak hanya soal medis (kesehatan) saja, dampak dari pandemi ini juga membuat ekonomi menjadi lesu. Sebab kegiatan perekonomian harus terhenti dan dibatasi sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, guna menghindari penularan Covid-19 agar tidak semakin meluas.

Dalam kesempatan yang sama Tim Pakar Ekonomi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia Beta Yulianita Gitaharie mengatakan, bahwa menyelamatkan nyawa dan menekan angka pertumbuhan penularan Covid-19 menjadi penting. Akan tetapi kegiatan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat juga harus tetap berjalan.

“Memang kalau kita amati, Covid-19 ini telah membawa pengaruh juga perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan ekonomi dan masyarakat,” ungkap Beta.

Beta melihat bahwa hal itu tentunya juga memperburuk keadaan suatu kehidupan ekonomi masyarakat apabila hanya berpaku pada pengendalian kesehatan saja. Dua hal antara kesehatan dan ekonomi masyarakat harus berimbang.

Selama pandemi, kemerosotan ekonomi dapat dibilang gamblang di depan mata.

Mengutip data Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020, sedikitnya ada 2 juta pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sebanyak 62% ada di sektor formal dan sisanya yakni 26% berada di sektor informal dan UMKM.

Hal itu kemudian semakin buruk ketika angka menjadi 6 juta pekerja yang di-PHK oleh perusahaannya karena imbas pandemi Covid-19 dalam satu bulan terakhir ini.

Sponsored

Dari data tersebut, Beta mengemukakan, masyarakat harus tetap dapat melakukan aktivitasnya dalam menggerakkan roda perekonomian di tengah pandemi Covid-19 ini. Tentu solusinya adalah dengan tetap menerapkan disiplin “new normal” sebagai fase yang sudah mulai dijalani oleh masyarakat sekarang ini.

“Masyarakat masih tetap bisa melakukan aktifitas. Tetap melakukan aktifitas. Juga tetap disiplin dalam memperhatikan atau melakukan protokol pencegahan Covid-19,” jelas Beta.

Dalam hal ini, Beta juga menyoroti data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang menyebutkan, risiko kematian pasien usia 60 tahun ke atas itu mencapai 45%. Data tersebut kemudian diikuti kelompok usia 46-59 tahun dengan resiko kematian 40%.

Lebih lanjut, ketika menengok data Badan Pusat Statistik (BPS), Beta menemukan fakta bahwa sebanyak 130 jiwa dengan usia produktif di bawah 45 tahun menyumbang kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian.

Beta kemudian juga melihat bahwa pekerjaan di bidang kesehatan, pangan, makanan dan minuman, energi, komunikasi teknologi, keuangan, logistik, konstruksi, industri strategis, pelayanan dan utilitas publik serta industri yang ditetapkan sebagai objek vital nasional, atau objek tertentu, dan sektor swasta yang melayani kebutuhan sehari-hari menjadi gambaran bahwa mereka yang bergerak di bidang itu dapat melakukan aktivitas sebagai penyokong perekonomian.

Tentunya dalam hal ini harus memperhatikan beberapa faktor seperti usia dan tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah, termasuk patuh terhadap anjuran PSBB.

Berita Lainnya
×
tekid