sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengakuan Bambang Suryo: Pengaturan skor hingga judi bola internasional

Bambang Suryo mengaku sebagai runner pengaturan skor di sepak bola Indonesia.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 10 Jan 2019 22:38 WIB
Pengakuan Bambang Suryo: Pengaturan skor hingga judi bola internasional

Terlibat pengaturan skor

Sejak pensiun, Bambang menjadi pelatih. Dia menyebut, dirinya adalah pelatih bayangan. Sebab, pelatih klub ada lagi, sedangkan dia hanya mengontrol semuanya. Dia pernah menangani Matapura FC dan Kanjuruhan FC.

“Saya juga punya tim di Malang, namanya PS Dragonball dan Amarta, itu klub internal asosiasi Kota Malang, nonliga. Cuma ada pembibitan di situ. Klub-klub itu mencetuskan pemain-pemain, seperti Catur Pamungkas, M. Soleh, dan Jefri Kurniawan,” katanya.

Selain menjadi pelatih, Bambang juga menjadi agen pemain. Dia bergabung dengan manajemen Mutiara Hitam Tangerang, milik mantan pemain tim nasional Kamerun yang juga pernah menjajal Liga Indonesia, Jules Denis Onana.

Pada 2010, Bambang mulai bermain match fixing (pengaturan skor). Saat itu, Bambang bersama “orang besar di Indonesia”, dan salah satu agen terbesar di Indonesia, berinisial JB, berada di Malaysia.

“Ada tawaran dari seseorang untuk kami bertiga, ‘bisa ngontrol enggak?’ Akhirnya ditemukanlah saya dengan big bos di Singapura. Mereka ngontrol banyak pertandingan,” kata Bambang.

Menurut pengakuannya, semua tim yang berlaga di Liga Indonesia bisa dipastikan pernah terlibat dalam pengaturan skor. Tak peduli kasta, dari Liga 1 hingga Liga 3.

“Tak ada tim yang benar-benar bersih,” ujarnya.

Sponsored

Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignasius Indro (kanan) bersama Anggota Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Emerson Yuntho (kiri) membawa poster dukungan sebelum beraudiensi dan memberi dukungan Satgas Polri untuk Pemberantasan Mafia Sepak Bola di Krimum, Polda Metrojaya, Jakarta, Jumat (28/12/2018). (Antara Foto).

Selama empat tahun, Bambang mengaku sudah banyak mengatur pertandingan di seluruh Indonesia. “Seluruh tim ini kita ‘kondisikan’. Saya sampai lupa klub apa yang pertama kali saya atur,” katanya.

Bambang mengatakan, iklim sepak bola Indonesia sangat mendukung bagi klub-klub terlibat dalam pengaturan skor. Uang hasil pengaturan skor itu, kata dia, lazimnya dimanfaatkan untuk membayar gaji pemain atau biaya operasional tim. Terkait profesinya itu, Bambang mendeskripsikan dirinya seperti Robin Hood yang membantu rakyat miskin.

“Jadi, uang itu untuk tim-tim, pemain-pemain, atau pelatih yang membutuhkan. Tapi saya tidak judi lho ya, saya hanya sebagai penengah, runner, penguhubung, kayak makelar lah,” ujarnya.

Besaran yang ditawarkan Bambang ke klub-klub yang terlibat tidak kecil. Paling sedikit Rp350 juta. Paling besar mencapai Rp800 juta.

”Bayangkan berapa pertandingan yang bisa diatur dalam satu hari,” katanya.

Besaran uang itu, menurut Bambang, tak seberapa ketimbang uang yang bisa didapatkan oleh bandar judi dalam satu pertandingan. Bambang sendiri mengatur Liga 2, karena memang mengenal orang-orang yang berada di Liga 2.

Pada 2015, Bambang akhirnya mengaku kepada publik jika dirinya adalah seorang runner pengatur pertandingan. Dia lalu menerima hukuman dari Komite Disiplin PSSI, berupa larangan beraktivitas dalam lingkungan sepak bola PSSI seumur hidup.

Berita Lainnya
×
tekid