sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengakuan Bambang Suryo: Pengaturan skor hingga judi bola internasional

Bambang Suryo mengaku sebagai runner pengaturan skor di sepak bola Indonesia.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 10 Jan 2019 22:38 WIB
Pengakuan Bambang Suryo: Pengaturan skor hingga judi bola internasional

Skema pengaturan skor

Walau dihukum seumur hidup, Bambang bisa kembali ke sepak bola Indonesia karena mendapatkan pemutihan ketika Edy Rahmayadi naik menjadi Ketua Umum PSSI. Dia lantas mengelola klub Liga 3 Persekam Metro FC pada 2018.

Akhir musim lalu, klub yang bermarkas di Kabupaten Malang ini berada di peringkat tiga. Dengan percaya diri, Bambang mengatakan, Persekam Metro FC tak terlibat pengaturan skor di Liga 3.

Akhir 2018 lalu, tanpa adanya pemberitahuan, Bambang kembali dihukum seumur hidup tak boleh beraktivitas di sepak bola Indonesia oleh Komite Disiplin PSSI. Namun, Bambang tetap pada pendiriannya. Dia akan terus aktif di dunia si kulit bundar, meski PSSI sudah menghukumnya seumur hidup sebanyak dua kali.

“Saya bicara ke depan publik karena memang sudah waktunya harus dibuka. Karena sudah teramat dangkal dan teramat kotor (masalah pengaturan skor),” ujar Bambang.

Bambang mengatakan, dirinya mengetahui Liga 2 terkontaminasi, setelah orang kepercayaan pemilik rumah judi terbesar di Asia menemuinya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, sebelum musim kompetisi 2018 dimulai. Saat itu, Bambang bertemu Mister T.

“Dia ngobrol dengan saya. Saya bilang, saya enggak mau bermain lagi. Lalu dia tanya siapa-siapa saja yang bisa saya hubungi. Kalau mau hubungi, coba hubungi orang-orang ini, tapi jangan bilang dari saya,” kata Bambang.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, dalam skema pengaturan skor itu, ada bandar judi besar yang memberikan perintah kepada orang kepercayaan. Lantas, perintah itu akan turun ke runner asing, untuk kemudian turun lagi ke runner Indonesia.

Sponsored

Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria menjawab pertanyaan wartawan seusai memenuhi panggilan pemeriksaan Satgas Anti Mafia Bola di Jakarta, Jumat (28/12/2018). (Antara Foto).

Kemudian, ada runner lagi untuk pandangan mata rumah judi, yang menurut istilah Bambang, running ball.

Running ball bisa itu wartawan, pekerja jaksa, kehakiman, itu mereka bisa pandangan mata untuk rumah judi,” ujarnya.

Bambang mengatakan, dirinya tidak takut dijauhi oleh kolega-koleganya. Dia bercerita, seorang runner asal Bandung berinisial DF pernah berbicara padanya jika Vigit Waluyo mengimbau para runner untuk menjauhi Bambang.

“Semua orang-orang di luar negeri, dikatakan sama VW (Vigit Waluyo), jangan dekat sama BS (Bambang Suryo), karena BS hanya ingin memancing, menjerumuskan kalian. Dikira saya orang pemerintah,” ujarnya.

Usai tampil di acara Mata Najwa, Bambang mengakui, dirinya menerima banyak teror. Bentuknya macam-macam. Ada yang melempar sampah ke pekarangan rumahnya hingga ada golok masuk ke rumah. Dia juga menerima telepon-telepon gelap.

“Telepon-telepon itu tak hanya dari dalam negeri. Pernah ada dari Thailand juga,” kata dia.

Namun, dirinya mengatakan tidak takut dengan segala teror yang diterimanya. “Kalau berani, ayo ketemu. Saya ladeni,” ujarnya.

Di balik alasannya berbicara kepada publik, Bambang hanya punya keinginan agar sepak bola di negeri ini bersih. Dia tersinggung dengan pernyataan runner-runner asing.

Runner-runner asing pernah berkata pemain dan pelatih Indonesia itu bodoh-bodoh semua, hanya mau uang. Saya tersinggung,” katanya.

Hingga kini, Satgas Antimafia Bola terus bergerak untuk membersihkan praktik kotor pengaturan skor di Liga Indonesia. Satu persatu tersangka diseret. Terbaru, Satgas Antimafia Bola melakukan pemeriksaan terhadap salah satu wasit Liga 2 musim 2018, yakni Muhammad Irham di Mapolda Yogyakarta.

Senin (7/1) lalu, Satgas Antimafia Bola juga menangkap wasit Nurul Safarid, yang memimpin laga Persibara Banjarnegara melawan Persekabpas Pasuruan di Garut, Jawa Barat. Nurul adalah tersangka kelima dalam kasus pengaturan skor. Sebelumnya, polisi menetapkan empat orang tersangka, yakni Johar Lin Eng, Priyanto, Anik Yuni Artika Sari, dan Dwi Irianto alias Mbah Putih.

Berita Lainnya
×
tekid