sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pentingnya swakarantina usai pergi dari zona merah Covid-19

Pasien pun harus berterus terang tentang riwayat perjalanan dan kontak saat berobat ke fasilitas kesehatan.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Sabtu, 25 Jul 2020 21:21 WIB
Pentingnya swakarantina usai pergi dari zona merah Covid-19

Masyarakat dari zona merah coronavirus baru (Covid-19) disarankan melakukan swakarantina guna untuk menekan penularan di rumah dan menjadi klaster baru. Pun berterus terang kepada tenaga medis terkait riwayat perjalanan dan kontaknya saat berobat.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno, lantas menceritakan dengan kejadian dua warganya yang positif Covid-19 dan meninggal dunia, baru-baru ini. Kejadian itu diawali dari sang kakek yang telah melakukan perjalanan dari Jawa Timur (zona merah), 27 Juni-5 Juli.

Dirinya lantas berobat ke dokter praktik swasta lalu opname di sejumlah rumah sakit (RS) di Bogor dan Jakarta. Kemudian, meninggal dunia dengan status probable (belum dilakukan tes usap/swab) dan dimakamkan sesuai prosedur Covid-19.

"Pada saat di rawat di rumah sakit, kakek tersebut turut dirawat oleh anaknya dan istrinya," ujarnya.

Anak almarhum kontak erat dengan ayahnya saat merawat di RS. Selanjutnya mengalami sakit sejak 10 Juli. Enam hari berselang, mengikuti tes usap massal di Jakarta. Lalu, dirawat di rumah sakit, tetapi tidak mengaku memiliki riwayat kontak dengan kasus probable, sehingga tak dirawat di ruang isolasi.

"Saat diketahui hasil swab positif, dirujuk ke rumah sakit di Kabupaten Bogor dan meninggal dunia," sambung dia, melansir situs web Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.

Dinkes Kota Bogor kemudian melakukan pelacakan (tracing), dari anggota keluarga yang serumah hingga tenaga medis di RS. Seluruhnya diikutsertakan tes usap secara polymerase chain reaction (PCR).

"Dari orang serumah, (hasilnya) ada lima orang yang terkonfirmasi positif, yaitu istrinya, anaknya, menantunya, dan dua cucunya,” tuturnya.

Sponsored

Berdasarkan data 24 Juli, terdapat 97 orang pernah kontak erat dengan anak sang kakek. Sebanyak 95 orang di antaranya telah dilakukan tes usap dan sisanya masih penjadwalan.

"Dari 95 orang yang sudah di-swab, 56 orang belum keluar hasilnya. Total sementara ada delapan orang positif, 31 negatif," katanya. Tiga kasus positif lainnya terdiri dari satu orang riwayat kontak erat dan dua warga Kabupaten Bogor.

"Yang positif langsung kita isolasikan ke rumah sakit. Ini salah satu upaya kita memutus mata rantai penularan dan tentunya dengan swab test masif," imbuh dia.

Berita Lainnya
×
tekid