Penulis buku Menjerat Gus Dur kerap diteror
Ancaman tersebut sempat membuatnya mengalami gangguan kecemasan.
Penulis buku Menjerat Gus Dur, Virdika Rizky Utama, mengaku, kerap diteror dan diancam sejumlah pihak. Lantaran karya sejarahnya menyinggung sejumlah elite politik yang diduga terlibat pemakzulan Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid.
"Saya kerap mendapat ancaman. Beberapa kali saya merasa diikuti," ujarnya dalam seminar di Pesantren Gus Dur, Jakarta, Minggu (12/1).
Dicontohkan dengan seseorang yang mendekatinya kala sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Orang itu memintanya berhati-hati.
"Terakhir kali dapat ancaman itu (di) mal di Jakarta. Saat jam makan siang, ada bapak-bapak. Postur badannya tinggi besar. Pakai kacamata," tutur eks jurnalis Gatra ini.
"Mas Virdi, ya? Yang nulis Golkar di buku soal pemakzulan Gus Dur? hati-hati, ya. Ya, pokoknya hati-hati," katanya meniru pernyataan orang asing tersebut.
Ancaman tersebut membuatnya mengalami gangguan kecemasan (anxiety disorder). "Karena itu, jadi saya putuskan untuk menyelesaikan naskahnya," ucapnya.
Kendati begitu, Virdi urung melaporkan perbuatan tak mengenakkan tersebut ke kepolisian. Juga merahasiakannya dari orang tuanya.
Buku itu ditulisnya usai menemukan dokumen tentang skenario pelengseran Gus Dur usai meliput kegiatan di kantor DPP Golkar, Jakarta, Oktober 2017. Bekas didapatinya dari tempat sampah.
Dokumen tertanggal 29 Januari 2001 tersebut, berisi laporan mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazier, kepada bekas Ketua DPR sekaligus Ketua Umum DPP Golkar, Akbar Tandjung, tentang jalannya operasi penjungkalan Gus Dur. Dinamai Skenario Semut Merah (Semer).
Surat-surat tersebut, ungkap Virdi, juga bersikan konsolidasi elite politik dan melibatkan nama-nama besar. Macam Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Sudono Salim, Arifin Panigoro, Surya Paloh, dan Din Syamsuddin.