Polri iming-imingi napi teroris dengan makanan
Para napi teroris yang menyandera Bripka Iwan Sarjana meminta agar aparat memberikan pasokan makanan.
Aksi nekat dilakukan oleh puluhan napi teroris yang mendekam di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Sejak Selasa (8/5) malam, ratusan pelaku teror itu menyandera enam anggota Polri dan meminta untuk dipertemukan dengan Aman Abdurrahman, sosok yang dipercaya sebagai pimpinan Islamic State in Iraq and Syiria (ISIS) di Tanah Air.
Namun lantaran permintaannya tidak dipenuhi, mereka menganiaya anggota Polri yang dijadikan sandera. Lima di antaranya meregang nyawa, yakni Briptu Fandi Setio Nugroho, Bripda Wahyu Catur, Bripda Syukron Fadhli, Ipda Rospuji, dan Bripka Denny. Sisanya, Bripka Iwan Sarjana, masih disekap sebagai bahan negosiasi para napi teroris dengan polisi.
Setelah dilakukan negosiasi selama lebih dari 24 jam, Bripka Iwan akhirnya dibebaskan dalam keadaan selamat. Iwan hanya mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya.
Kadiv Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto, menjelaskan kerusuhan yang berujung penyanderaan itu dipicu oleh persoalan sepele, yakni masalah makanan. Tetapi karena ada provokasi, napi lain ikut mengamuk hingga menyerang aparat.
Saat proses negosiasi, kata Setyo, para napi teroris ini meminta pasokan makanan kepada aparat. Peluang ini tidak disiasiakan. Polisi meminta mereka menukar sandera dengan makanan.
"Mereka minta makanan, kita bujuk mereka untuk membebaskan dulu," kata Setyo di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5) dini hari. Kendati demikian, Setyo tidak merinci lebih lanjut upaya Polri soal janji pemberikan makanan yang berujung pada pembebasan Iwan tersebut.
Saat ini, kata mantan Wakil Kepala Badan Intelkam Polri itu, situasi di Rutan Mako Brimob sudah terkendali. "Tapi negosiasi masih kita lakukan karena senjata masih di dalam," tandasnya.