sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Riwayat Andi Arief dan cuitannya yang kontroversial

Andi Arief terciduk lantaran mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu.

Tito Dirhantoro
Tito Dirhantoro Senin, 04 Mar 2019 17:43 WIB
Riwayat Andi Arief dan cuitannya yang kontroversial

Kabar mengejutkan datang dari seorang politikus Partai Demokrat, Andi Arief. Pria berusia 48 tahun itu ditangkap jajaran Direktorat IV Badan Reserse Kriminal Polri di sebuah hotel di kawasan Jakarta Barat pada Minggu, (3/3) karena mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu.

Dalam penangkapan tersebut, polisi dikabarkan juga mencokok seorang wanita. Namun, polisi belum mengungkap identitas perempuan tersebut. Selain mengamankan para pelaku, polisi juga menyita barang bukti berupa paket sabu-sabu dan alat hisapnya atau bong.

Lahir di Bandar Lampung pada 20 November 1970, Andi Arief mengawali karirnya di dunia politik sejak muda. Semasa kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Andi Arief lantang menentang rezim Orde Baru.

Saat kuliah, ia tergabung dalam organisasi macam-macam, di antaranya Senat Mahasiswa, Pers Mahasiswa, dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), lembaga yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada pertengahan dekade 1990-an. 

Pada 1994, ia didaulat menjadi Ketua SMID cabang Yogyakarta. Dua tahun kemudian atau pada 1996, ia menjadi Ketua Umum SMID. Ketika pecah peristiwa 27 Juli 1996, Andi Arief  pun dikejar-kejar aparat bersama aktivis lainnya. 

Namun, pelarian Andi Arief berakhir pada 28 Maret 1998. Andi diculik oleh segerombolan orang berambut cepak. Ia dicokok di sebuah rumah toko di Bandar Lampung. 

Setelah bebas, enam tahun berselang Andi Arief kemudian memilih bergabung dalam organisasi sukarelawan pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla pada Pemilu 2004. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Jaringan Nusantara. 

Karena dianggap sebagai orang yang cukup berperan dalam pemenangan SBY, kiprah Andi Arief makin moncer. Oleh SBY, di awal 2006 Andi Arief ditunjuk sebagai salah satu Komisaris PT Pos Indonesia.

Pada 2008 Andi Arief sempat mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Lampung berpasangan dengan calon Gubernur Muhajir Utomo dari jalur independen. Namun ia gagal bersaing dengan enam pasangan lainnya.

Menjelang Pemilu 2009, Andi Arief menyatakan mundur dari PT Pos Indonesia. Kala itu, SBY yang kembali memenangkan perhelatan pemilu membuat Andi Arief kian dekat dengan mantu Sarwo Edhie Wibowo itu.  

Mengingat pentingnya kiprah Andi Arief, SBY kemudian mengeluarkan Keputusan Presiden dengan menunjuk Andi sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Keputusan itu dikeluarakan pada Kamis 19 November 2009.

Usai SBY tak menjabat sebagai presiden, sebagai oposisi Andi Arief yang menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat sejak 2015 itu kian lantang terhadap petahana. Ia dikenal sebagai salah satu sosok kontroversial, terutama terhadap lawan politiknya. Beberapa kali, Andi Arief melontarkan kicauan bernada kontroversial lewat akun Twitternya, @AndiArief__.Berikut 6 kicauan kontroversial Andi Arief:

1. Jenderal kardus dan mahar Rp500 miliar

Pada 8 Agustus 2018, cuitan Andi Arief menggegerkan jagat maya. Lewat akun Twitternya, dia mengatakan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, sebagai jenderal kardus lantaran dianggap hanya mementingkan uang.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus.”

Cuitan tersebut kemudian disusul dengan cuitan lainnya dari Andi Arief. Andi menuding ada mahar senilai Rp1 triliun untuk Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional dari Sandiaga Uno agar bisa maju menjadi cawapres Prabowo.

"Soal Mahar 500 M masing2 pada PAN dan PKS itu yang membuat malam itu saya mentuit jendral kardus. Besar harapan saya dan partai Demokrat Prabowo memilih Cawapres lain agar niat baik tidak rusak.”

2. Prabowo tidak serius nyapres

Pencalonan Prabowo Subianto sbegai calon presiden pada Pemilu 2019 dipertanyakan keseriusannya oleh Andi Arief. Pernyataan itu disampaikan Andi melalui kicauannya pada 12 Oktober 2018.

"Pilpres itu memilih Presiden, jadi kalau Pak Prabowo tidak mau keliling indonesia Aktif, gak ada rumus ajaib untuk menang. Kalau Pak Prabowo agak males2an, kan gak mungkin partai pendukungnya super aktif.”

Kemudian Andi menambahkan dalam kicauannya dengan menyindir Prabowo bahwa tak ada cara ajaib untuk memenangkan Pilpres 2019. Karena dianggap malas, Andi menyebut tidak ada kemenangan bagi Prabowo di pesta demokrasi 5 tahunan itu.

"Pasti banyak yang gak suka soal kritik saya atas males2an Pak Prabowo keliling aktif ke Indonesia ini. Tapi percayalah kalau direnungkan bagaimana mungkin kemenangan mengejar orang yang malas?.”

3. Prabowo diibaratkan sosok tak setia karena selingkuh

Usai menyindir ketidakseriusan Prabowo Subianto sebagai capres, tiga hari kemudian Andi Arief terus memberi pernyataan kontroversial. Dia menyentil koalisi partainya yakni Gerindra terkait pengusungan Prabowo sebagai capres pada 15 Agustus 2018. Andi mengibaratkan, Demokrat ibarat istri setia, namun diselingkuhi jika meneruskan koalisi dengan Prabowo Subianto.

"Meneruskan koalisi dengan Prabowo ini bagi Demokrat Ibarat Istri setia meneruskan bahtera rumah tangga dimana suami yang baru menikah tertangkap selingkuh dan diam-diam punya istri muda yg mata duitan.”

4. Jokowi diminta berikan matanya untuk Novel Baswedan

Tak hanya pedas kepada koalisinya, Andi Arief juga melontarkan sindirannya kepada Joko Widodo. Untuk menyerang petahana, Andi mengatakan soal pengungkapan dalang penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. 

Dalam cuitannya pada 30 Desember 2018, Andi Arief meminta kesediaan Jokowi untuk memberikan matanya kepada Novel Baswedan.

"Kalau Jokowi berkeinginan memberi sebelah matanya Pada Novel Baswedan, mari kita bicara soal penculikan dan pembunuhan masa lalu. Kenapa mata Pak Jokowi? Karena percuma punya mata tapi tau mau melihat persoalan yg mudah ini untuk diselesaikan.”

5. Tuding PDIP dalang perusak baliho Partai Demokrat

Selanjutnya, pada 15 dan 16 Desember 2018, Andi Arief menyoroti perusakan baliho Partai Demokrat di Pekanbaru, Riau. Lewat kicauannya, Andi Arief mengatakan pelaku yang ditangkap DPC Demokrat menyebut bahwa orang yang merusak baliho tersebut merupakan suruhan dari pengurus PDIP.

"Keterangan pelaku perusakan yang ditangkap DPC Demokrat malam tadi menyebut dia disuruh Pengurus PDIP. Info awal itu terlalu gegabah jika dipercaya begitu saja. Selama ini hubungan kami baik. Tugas polisi menyimpulkannya. Tidak ada alasan, pelakunya ada. Beda dg kasus lain.”

"Ada dua fakta dan informasi dari perusakan atribut Partai Demokrat di Riau yang cukup memprihatinkan. Pertama, pengakuan suruhan pengurus PDIP. Kedua ada informasi keterlibatan Polda. Dua-duanya membahayakan dan masih kami dalami. Ini bukan seledar baleho!!!."

6. Hoaks 7 kontainer surat suara tercoblos

Pada Rabu, 3 Januari 2019 malam, publik dihebohkan dengan kabar adanya 7 kontainer berisi surat suara yang telah dicoblos di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Informasi itu viral di media sosial dan membuat kegaduhan di masyarakat. Andi Arief merupakan salah satu orang yang disebut turut menyebarkan informasi bohong atau hoaks itu.

“Wah tuit kontainer jadi rame. Saya gak ngikuti karena tertidur. Baguslah kalau KPU dan Bawaslu sudah mengecek ke lokasi. Soal beredarnya isu harus cepat menanggulanginya. Gak bisa dibiarkan dengan pasif. Harus cepat diatasi.”

Berita Lainnya
×
tekid