Seandainya Abu Bakar Ba’asyir benar-benar bebas
Kepala Staf Kepresidenan Moeldokomengatakan, Ba'asyir tidak akan dibebaskan selama tak memenuhi persyaratan yang berlaku.
Potensi jaringan teroris
Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, jika Ba’asyir benar-benar bebas, hal itu merupakan blunder fatal pemerintah. Dia menuturkan, rencana pembebasan Ba’asyir bukan atas dasar niat baik, tapi lebih karena niat Yusril yang disodorkan kepada Presiden Joko Widodo.
Bagi Chaidar, wacana pembebasan Ba’asyir adalah usaha menggaet massa muslim dalam konstelasi pemilu.
“Artinya, memang ini bukan niat baik, karena niatnya datang dari Yusril ya, mungkin Yusril bilang kalau ini akan berpengaruh bagi kalangan muslim, makanya dia coba lepaskan,” kata Chaidar, Selasa (22/1).
Chaidar mengatakan, wacana pembebasan Ba’asyir merupakan usaha untuk memperbaiki citra Presiden Jokowi di masyarakat, usai sebelumnya Jokowi dianggap tak berpihak kepada ulama.
Terkait dengan jaringan Ba’asyir yang berada di luar dan potensi kebangkitannya, bila Ba’asyir benar-benar bebas, Chaidar menanggapinya dengan datar. Menurut dia, Ba’asyir sudah tak punya pengaruh sekuat dahulu.
“Ustaz Abu (Ba’asyir) ini sekarang hanya memiliki sedikit sekali kelompok setia, dan organisasinya Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) juga sudah terpecah-pecah,” ujarnya.
JAT didirikan Ba’asyir pada 2008. Organisasi ini masuk dalam daftar organisasi teroris oleh pemerintah Amerika Serikat pada 2014.
Namun, kelompok ini akhirnya terpecah setelah Ba’asyir berbaiat kepada Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di bawah Abu Bakr Al-Baghdadi, yang membuat kecewa pengikutnya.
“Mereka sudah sangat kapok, karena setiap Ba’asyir terlibat dalam perkara terorisme di persidangan, dia selalu memberikan jawaban-jawaban yang mengecewakan,” kata Chaidar.
Akibatnya, kata Chaidar, jaringan Ba’asyir terpecah-pecah, serta tak punya potensi radikalisme lagi. Jemaahnya, menurut Chaidar, sudah membuat kelompok-kelompok sendiri.
Misalnya, pecahan JAT membuat kelompok Jamaah Ansharu Syariah (JAS), dan ada lagi Neo JAT dan Neo Jemaah Islamiyah (Neo JI).
“Mereka betul-betul meninggalkan ustaz Abu (Ba’asyir),” kata Chaidar.
Sementara itu, penolakan penandatanganan surat setia oleh Ba’asyir, menurut Chaidar, merupakan bukti deradikalisasi yang dilakukan pemerintah belum berhasil. Lebih lanjut, dia mengungkapkan, jika Ba’asyir belakangan tak radikal, hal itu bukan karena proses deradikalisasi.
“Tapi karena proses yang lain, buktinya kan dia menolak menandatangai surat setia,” ujar Chaidar.