sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hari kedua, Indonesia kantongi empat emas

Cabang sepeda balap gunung putra memboyong satu emas, meski tak diprediksi sebelumnya. Dengan perolehan itu, Indonesia berada di posisi 3.

Purnama Ayu Rizky
Purnama Ayu Rizky Senin, 20 Agst 2018 16:44 WIB
Hari kedua, Indonesia kantongi empat emas

Khoiful Mukhib menyumbang medali emas pada sepeda balap gunung nomor downhill putra, Senin (20/8). Ia berhasil mengungguli rivalnya, dengan catatan waktu dua menit 16,687 detik. Di peringkat kedua dan ketiga, berturut-turut diraih Shengshan Chiang dari Taiwan dan Suebsakun Sukchanya dari Thailand.

Perolehan Khoiful ini menggenapkan emas di nomor downhill putra dan putri. Sebelumnya, Tiara Andini Prastika jadi yang terbaik di nomor putri, usai membukukan waktu dua menit 33,056 detik. Tiara membungkam Vipavee Deekaballes asal Thailand, yang berada di posisi dua, terpaut 9,598 detik. Lalu disusul Nining Purwaningsih dari Tanah Air yang merebut perunggu. Catatan waktunya 9,608 detik lebih lambat dari Tiara.

Emas dari Khoiful dan Tiara membuat kontingen Indonesia mengumpulkan empat emas sejauh ini. Selain mereka, atlet lain yang menyumbang emas bagi kontingen Indonesia adalah Defia Rosmaniar (Taekwondo) dan Lindswell Kwok (Wushu).

Tiga srikandi penyumbang emas

Dari empat emas yang diraih, tiga di antaranya disumbangkan perempuan. Emas pertama diraih atlet perempuan berhijab Defia Rosmaniar, dari cabang olahraga taekwondo nomor poomsae (seni kerapian jurus).

Defia Rosmaniar merasa bangga dan tidak menyangka bisa mengalahkan lawan terberatnya, atlet asal Korea Selatan.

Kemenangan Defia tersebut disaksikan langsung oleh orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo pada laga semifinal melawan Yun Jihye asal Korea Selatan di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Minggu (19/8). Presiden Joko Widodo juga mengalungkan langsung medali emas pertama bagi Indonesia kepada Defia Rosmaniar.

Dara berusia 23 tahun ini mengaku sempat gugup saat menghadapi Yun Jihye di semifinal. "Lumayan deg-degan, tapi Alhamdulillah, habis semifinal lancar. Deg-degan tapi dibawa semangat," katanya.

Ia mengatakan, motivasi terkuatnya adalah bisa mengalahkan lawan-lawannya. "Di pikiran, aku bisa, bisa mengalahkan mereka." Defia Rosmaniar sendiri mengaku mengalami periode terberat saat berlatih di Korea pada akhir Maret hingga Agustus 2018, terutama karena harus jauh dari keluarga dan teman-temannya.

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Jakarta itu berhasil mengalahkan atlet Iran, Salahshouri Marja dengan skor 8.690 - 8.470. Perempuan kelahiran Bogor, 25 Mei 1995 ini sendiri mulai mengenal taekwondo sejak duduk di bangku SMP melalui kakak sepupunya.

Defia pernah meraih medali emas pada nomor individual putri dan tim putri PON Jawa Barat 2016. Kemudian tim putri senior Kejurnas Mahasiswa Lombok Mataram 2016 dan medali perak untuk individual putri senior Kejurnas Mahasiswa Lombok Mataram 2016.

Selanjutnya, emas kedua juga diraih atlet putri Lindswell Kwok melalui cabang wushu nomor Taijiquan-Taijijian putri.

"Emas ini saya persembahkan untuk semua masyarakat Indonesia," kata Lindswell usai pertandingan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Senin. Lindswell Kwok berhasil mengalahkan atlet wushu dari Hong Kong Uen Ying Juanita Mok, yang sekaligus menjadi lawan terberat dalam ajang ini.

"Tidak ada persiapan khusus untuk hari ini, hanya bangun lebih pagi dan pastikan jangan sampai pemanasan kurang. Lebih baik datang lebih awal," ujarnya.

Pertandingan itu juga dihadiri Presiden Joko Widodo, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Ketua Umum Pengurus Besar Wushu Indonesia Airlangga Hartarto, dan Chef de Mssion (CdM) Indonesia Syafruddin.

Kemampuan Lindswell untuk meraih medali emas sudah diyakini pelatih Wushu Novita, terutama setelah atlet China tidak ikut bertanding.

Dalam nomor Taijiquan-Taijijian putri, Lindswell memperoleh poin 19,50, dengan rincian untuk Taijiquan dan Taijijian masing-masing mendapatkan poin 9,75.

Atlet kelahiran Medan, Sumatera Utara pada 24 September 1991 ini telah mengukir sejumlah prestasi. Pencapaian terakhirnya adalah mempertahankan gelar juara dunia dengan mendapat medali emas pada ajang Kejuaraan Dunia Wushu 2017 di Rusia. Sebelumnya dia menyabet tiga medali emas di kejuaraan dunia 2015.

Lindswell mengaku sangat grogi sebelum pertandingan, namun ia optimistis bisa meraih medali emas, terlebih bertanding di negara sendiri. "Saya grogi banget sebenarnya karena ini pertandingan terakhir saya," katanya di Hall B, JI Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, hari ini.

Ia pernah membenci wushu saat kecil, karena menganggapnya sebagai olahraga yang sulit, dengan unsur seni rumit di dalamnya. Pertama kali ia mengenal wushu pada usia 9 tahun dari kakaknya Iwan Kwok, yang merupakan bagian dari Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI).

Lindswell Kwok dijuluki sebagai "Ratu Wushu" Asia Tenggara setelah mengantongi medali emas berturut-turut dalam ajang SEA Games pada 2011, 2013, 2015, dan 2017.

Adapun emas ketiga untuk Indonesia kembali diraih perempuan, yakni Tiara Andini Prastika dari cabang balap sepeda gunung nomor downhill putri.

Pencapaian gadis asal Semarang, Jawa Tengah, ini sudah diprediksi karena ia menempati peringkat 13 dunia, meskipun beberapa bulan menjelang Asian Games 2018 ia sempat cedera pada telunjuk tangan tangan, yang menyebabkannya tidak mengikuti pelatnas downhill di Melbourne, Australia.

Namun, atlet berusia 22 tahun itu akhirnya turun dalam ajang pemanasan Kejuaraan Asia MTB 2018 di Danao, Cebu, Filipina, pada Mei. Pada ajang itu, ia meraih posisi tiga besar dengan catatan waktu tiga menit 51,700 detik untuk menempuh jarak 1.740 meter.

Dalam perhelatan olahraga tersebut, Indonesia menargetkan 20 medali emas. Saat ini, Indonesia baru mengantongi empat emas, dua perak, dan satu perunggu. Berikut daftar perolehan lengkap medali untuk Indonesia.

Sponsored
 

Sumber: Antara

Berita Lainnya
×
tekid