sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

UEFA khawatirkan 4 hal ini, jika Piala Dunia jadi 2 tahun sekali

Ini bukan pertama kalinya UEFA menentang rencana Piala Dunia lebih sering yang digulirkan FIFA sejak awal September ini.

Michael Jason Saputra
Michael Jason Saputra Kamis, 23 Sep 2021 11:56 WIB
UEFA khawatirkan 4 hal ini, jika Piala Dunia jadi 2 tahun sekali

Uni Sepak Bola Eropa (UEFA) dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu (22/9) waktu setempat menyatakan kekhawatirannya mengenai rencana FIFA, terkait kemungkinan penyelenggaraan Piala Dunia menjadi dua tahun sekali.

Setidak terdapat empat “bahaya nyata”, sebut konfederasi yang mencakup sebagian besar negara Eropa tersebut, ketika mengubah penyelenggaraan Piala Dunia dari empat tahun sekali menjadi dua tahun sekali.

Potensi hilangnya prestise kejuaraan sepak bola terbesar sedunia ini ditulis oleh UEFA sebagai “bahaya nyata” pertama. Konfederasi sepak bola Eropa tersebut juga menambahkan, bahwa frekuensi penyelenggaraan Piala Dunia yang empat tahun sekali dipercaya “memberikan perasaan mistik bagi generasi fans yang telah bertumbuh bersamanya.”

Kedua, berkurangnya kesempatan olahraga bagi tim nasional yang lebih lemah dengan menggantikan pertandingan reguler dengan turnamen-turnamen final (Piala Dunia). Frekuensi Piala Dunia yang lebih sering dianggap akan menguntungkan negara-negara yang dianggap kuat dalam sepak bola, semakin mengesampingkan potensi berkembangnya negara-negara lain yang belum sekuat para langganan Piala Dunia FIFA seperti Jerman, Spanyol, Portugal, Inggris, dan Italia.

Melansir dari The Indian Express, proposal Piala Dunia dua tahun sekali oleh FIFA melibatkan perubahan sistem yang signifikan. Sistem yang berlaku di mana laga-laga kualifikasi Piala Dunia dimainkan dalam jeda liga-liga nasional, dapat digantikan dengan satu kali rangkaian pertandingan kualifikasi di Oktober. Lebih lanjut lagi, sistem ini diklaim akan melibatkan lebih sedikit laga yang digelar.

UEFA menyebut adanya risiko keberlanjutan para pemain sebagai keberatan ketiganya. Di mana pemain dipaksa untuk bermain dalam kompetisi berintensitas tinggi pada musim panas, setiap tahunnya, daripada istirahat untuk waktu yang lebih lama.

Kekhawatiran keempat, yakni terkait adanya risiko bagi turnamen-turnamen sepak bola wanita, yang dikhawatirkan akan berkurang pamornya dan tertutupi dengan turnamen sepak bola pria tingkat atas.

Sebelumnya, dalam rilis tersebut UEFA juga menyebutkan sembilan kriteria yang menurutnya perlu dipertimbangkan FIFA dalam rencana penyelenggaraan Piala Dunia dua tahun sekali.

Sponsored

“Ini hanya sebagian dari kekhawatiran serius yang dipicu proposal FIFA dalam pembacaan pertama dan mereka tidak dapat ditepis hanya dengan slogan promosi tak berdasar bagi keuntungan kalendar turnamaen final yang lebih tebal,” tulis UEFA lagi.

UEFA juga menggarisbawahi pentingnya diskusi terbuka diadakan antara FIFA dengan asosiasi-asosiasi anggota beserta semua “pemangku kepentingan kunci” terkait rencana tersebut.

Ini bukan pertama kalinya UEFA menentang rencana Piala Dunia lebih sering yang digulirkan FIFA sejak awal September ini. Mantan pelatih Arsenal dan Kepala Pengembangan Sepak Bola Global UEFA Arsène Wenger disebut sebagai figur di balik proposal FIFA yang kontroversial ini. Pada Jumat (3/9), Reuters melaporkan presiden UEFA Aleksandr Ceferin yang mengklaim mewakili kekhawatiran asosiasi anggota badannya terkait rencana FIFA tersebut.

“UEFA dan asosiasi-asosiasi nasionalnya, memiliki keraguan serius dan kekhawatiran besar seputar laporan atas rencana FIFA tersebut,” tulis Ceferin dalam sebuah surat yang disebut ditujukan pada grup fans Football Supporters Europe.

Pada Sabtu (11/9), Associated Press mengabarkan Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL) yang mengambil sikap serupa dengan UEFA. Dalam suatu pernyataan seperti dikutip dari Associated Press, CONMEBOL menyatakan, tidak ada justifikasi untuk mengubah frekuensi penyelenggaraan Piala Dunia.

“Tidak ada justifikasi keolahragaan untuk memperpendek periode di antara Piala Dunia,” tulis konfederasi tersebut dalam sebuah pernyataan, yang tidak jelas apakah dimaksudkan mewakili sikap semua negara anggotanya.
“Walaupun pada satu waktu CONMEBOL mendukung proyek yang bersangkutan, analisis teknis menunjukkan bahwa hal tersebut sangat tidak mungkin dilakukan,”

Di sisi lain, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), dan Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF) diketahui telah menyatakan diri mereka “terbuka” terhadap rencana FIFA tersebut. Namun, Alinea.id sejauh ini masih belum dapat menemukan pernyataan dari Konfederasi Sepak Bola Oseania (OCF).

 

Sumber: FIFA.com/UEFA.com/Reuters/Associated Press/The Guardian/The Indian Express/Sky Sports

Berita Lainnya
×
tekid