sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Membaca peta cyber troops Prabowo vs Jokowi

Bagaimana memahami perang wacana dan informasi yang dilancarkan kubu Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf di media sosial?

Mona Tobing Robi Ardianto
Mona Tobing | Robi Ardianto Rabu, 19 Des 2018 17:45 WIB
Membaca peta cyber troops Prabowo vs Jokowi

Salah satu hasil kajian ForumMedsoSehat yang dirilis Minggu (16/12), menyatakan bahwa pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno terindikasi paling banyak menggunakan pasukan siber.

Temuan tersebut berkaca pada perilaku interaksi dari pengguna Twitter pada periode 2-9 Desember 2018. ForuMedsoSehat yang anggotanya terdiri-dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, GDILab, Politicawave, BFI Technologies, dan Tek.id menjelaskan, jumlah original tweets terkait Joko Widodo dan Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) lebih besar dibandingkan Prabowo dan Sandi, tepatnya antara 3 hingga 7 kali lebih banyak.

Namun interaksi pendukung Prabowo-Sandi lebih besar dibanding pendukung Jokowi-Ma'ruf. Sebagai gambaran, satu original post terkait Prabowo-Sandi menghasilkan 7 sampai 12 kali Reply atau ReTweet. Sementara satu original tweet terkait Jokowi-Ma'ruf hanya mendapatkan 3-4 kali Reply atau ReTweet. Anda bisa melihat selengkapnya di bawah ini.

Posting dan interaksi pengguna terkait capres di Twitter

Tren posting dan interaksi paslon Jokowi-Ma'ruf dan Jokowi-Sandi
"Dapat diindikasikan perilaku di cluster paslon Prabowo-Sandi terindikasi cyber troops, sementara cluster pendukung paslon Jokowi-Ma’ruf terindikasi dukungan individu," kata Jefri Dinomo selaku juru bicara ForuMedsoSehat, Minggu (16/12).

Tercatat, volume interaksi terkait paslon Prabowo Sandiaga per 2 Desember mencapai 101.243 posting-an. Kemudian, menyusut setiap harinya hingga menjadi 46.699 postingan per 9 Desember.  Sementara interaksi terkait Jokowi dan Ma'ruf per 2 Desember mencapai 85.569 posting dan mencapai puncaknya pada tanggal 4 Desember, yakni 96.242 posting dan berakhir menjadi 73.289 posting pada 9 Desember. 

Lebih lanjut, Jefri mengatakan, posting di media sosial harusnya menghasilkan percakapan, bukan sekadar amplifikasi berupa ReTweet. Jika satu tweet di-RT beramai-ramai tanpa menghasilkan percakapan, bisa diindikasikan bahwa hal tersebut merupakan hasil cyber troops.

Fakta tersebut dikuatkan dengan sejumlah faktor. Pertama, jumlah akun yang bertambah pada kedua paslon. Kedua, klasifikasi akun dengan jumlah follower di bawah 50. Terakhir, usia akun yang banyak baru lahir di Desember. Artinya, banyak akun yang dibuat khusus hanya untuk kepentingan Pilpres 2019, seperti tampak di bawah ini.

Banyak akun baru lahir untuk kepentingan Pilpres 2019

Nah, secara persentase cluster Prabowo dan Sandiaga tercatat yang paling banyak. nilainya mencapai 4,9%. Sementara cluster Jokowi dan Ma'ruf sebesar 3,8%. 

Perlu diketahui, metode yang digunakan ForuMedsoSehat adalah dengan menganalisis penggunaan keyword, bukan hashtag sebagaimana dilakukan lembaga lain. Adapun keyword yang dianalisis adalah Jokowi, Joko Widodo, Sandiaga Uno, Sandi Maruf, Makruf, Maruf Amin, Prabowo. 

Dengan menganlisis keyword, ForuMedsoSehat bisa menangkap semua hashtag yang tujuannya untuk kampanye. Selain tujuan kampanye, mereka juga menangkap pembicaraan masyarakat mengenai capres dan cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2019. Hasilnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Cluster pendukung Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf

Gambar di atas menunjukkan cluster pembicaraan di kubu Prabowo dan Jokowi. Di kubu Jokowi, terbagi kembali pembicaraan mengenai Jokowi-Maruf dan juga pembicaraan mengenai Prabowo Sandi, dengan dominan sentimen positif mengenai Jokowi dan sentimen positif mengenai Prabowo, tetapi lebih rendah dibandingkan Jokowi.

Begitu juga di kubu Prabowo, ada pembicaraan mengenai Jokowi yang dominan positif, tetapi tidak sebanyak di kubunya sendiri. Tetapi harus ditandai bahwa banyak tweet yang menyebutkan nama keduanya sekaligus, sehingga ada irisan dari persentase Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi. 

Robot Jokowi 

Kajian lain soal penggunaan tim siber dua paslon Jokowi dan Prabowo dari DroneEmprit pada periode 6 November 2018 sampai 6 Desember 2018 justru merilis hasil sebaliknya. Posting original justru lebih banyak datang dari pendukung Prabowo dan Sandiaga. Artinya, pada pasangan nomor urut 02 lebih sedikit menggunakan robot

DroneEmprit membagi empat hashtag yang populer di empat media. Empat hashtag tersebut terbagi bagi dua paslon. Rinciannya: Jokowi: #01JokowiLagi dan #01IndonesiaMaju. Lalu, Prabowo: #2019GantiPresiden #2019PrabowoSandi. 

Adapun empat media yang menjadi kajian DroneEmprit antara lain: media online di Indonesia, Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube.

Secara volume, DroneEmprit menyatakan Prabowo lebih unggul dibandingkan Jokowi. Prabowo dengan hashtag #2019GantiPresiden mencapai 888.367, lalu hashtag #2019PrabowoSandi volumenya mencapai 284.443. 

Sementara pada Jokowi dengan hashtag #01JokowiLagi secara volume mencapai 271.936 dan #01IndonesiaMaju sebanyak 303.200. 

Berdasarkan tipe enggagement untuk hashtag #01IndonesiaMaju, jumlah mention di Twitter mencapai 125.239 dengan jumlah reply 17.284 dan retweet sebesar 150.795. Sehingga, total untuk hashtag tersebut di Twitter mencapai 293.318. 

Bandingkan dengan tipe enggagement untuk hashtag #2019GantiPresiden dengan mention di Twitter lebih kecil dibandingkan lawannya, hanya sebesar 107.011 dan jumlah reply sebesar 49.353 tapi jumlah retweet lebih tinggi dari lawannya, mencapai 666.141. Sehingga, total untuk hashtag tersebut mencapai 822.505. 

Meskipun secara angka jumlah mention lebih kecil, sebaliknya jumlah retweet justru lebih besar di hashtag #2019GantiPresiden, DroneEmprit menyebut, proporsi retweet yang jauh lebih tinggi menunjukkan sebagian besar penggunanya lebih senang untuk melakukan retweet

Data DroneEmprit menunjukkan, robot Jokowi lebih banyak ketimbang Prabowo. Hal ini tercermin dari jumlah retweet dan juga berdasarkan frekuensi tweet dengan jumlah pengikut. Misalnya, pada cluster Jokowi, jumlah tweet yang dilakukan user sangat banyak, namun dilakukan oleh akun dengan jumlah pengikut yang sangat rendah. Misalnya, jumlah follower  0-3 atau antara 4-25 masing-masing jumlah tweet mencapai 26.574 sampai 75.041 tweet

Bandingkan dengan kubu Prabowo dimana jumlah tweet dari akun yang folllower hanya 0-3 tercatat hanya mencuit sebanyak 10.598. Kemudian, follower yang sebanyak 4-25 hanya mencuit sebanyak 48.134. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan Jokowi. 

Bagaimana menilai kedua kajian ini?

Perbedaan hasil kajian ForuMedsoSehat dengan DroneEmprit sebenarnya wajar. Mengapa? DroneEmprit mengambil sampel hashtag. Perlu diingat, tak semua cuitan selalu sesuai dengan konteks hashtag yang digunakan. Contohnya, akun online shop bisa jadi menggunakan hashtag terkait Pilres 2019 demi meningkatkan reach karena kebetulan saat cuitan tersebut diterbitkan, hashtag terkait Pilpres 2019 sedang tren di Twitter.

Adapun ForuMedsoSehat fokus menganlisis konteks. Apa pun hashtag-nya, selama membicarakan calon presiden dan wakil presiden, akan dianalisis. Metode ini juga punya kekurangan, yakni mereka tak bisa mengetahui hashtag mana yang paling banyak digunakan.

Dengan demikian, hasil kajiannya juga tak bisa dibandingkan dengan hasil DroneEmprit. Contohnya, penggunaan #2019GantiPresiden belum tentu menyebutkan secara ekspllisit nama Prabowo atau Sandi. Ia bisa jadi digunakan untuk tujuan lain, seperti jualan atau numpang trending.  Perhatikan bagaimana akun pornografi memanfaatkan Pilpres 2019 sebagaimana tangkapan ForuMedsoSehat di bawah ini.

Unrelated account on Pilpres 2019

"Mengapa kami menyatakan adanya indikasi cyber troops di kelompok Prabowo karena gerakan network Prabowo terlihat menggumpal. Artinya, mereka saling engage satu sama lain," kata Jefri.

Realitas semu?

Pengamat Politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, penggunaan pasukan siber atau robot di media sosial dipilih guna membangun persepsi dukungan terhadap paslon. Meskipun bersifat manipulatif, apabila intensitasnya ramai di media sosial, maka lambat laun akan memengaruhi publik. 

"Pasukan siber ini sebagai pemantik agar perbincangan tentang capres terus riuh, sehingga opini publik terus hadir di masyarakat," kata Dedi. 

Sementara itu, Pengamat Malware sekaligus Ketua Lembaga Riset CISSReC, Pratama Pershada  
menilai, peran pasukan siber cukup kuat memengaruhi masyarakat, terutama apabila produksi informasinya masif dan dekat dengan salah satu paslon. 

Berita Lainnya
×
tekid