sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Debat capres kedua, mampukah pacu pertumbuhan ekonomi?

Tanpa ada kebaruan, perbaikan ekonomi serta dukungan sumber daya manusia yang mumpuni, pertumbuhan ekonomi di atas 5% sulit tercapai.

Mona Tobing Kudus Purnomo Wahidin
Mona Tobing | Kudus Purnomo Wahidin Senin, 18 Feb 2019 05:38 WIB
Debat capres kedua, mampukah pacu pertumbuhan ekonomi?

Debat calon presiden (capres) semalam (17/2) bertemakan ekonomi telah menguji gagasan, ide dan rencana kerja di bidang pangan, energi, infrastruktur, sumber daya dan lingkungan. Debat menguji kedua capres dalam menentukan pertumbuhan ekonomi menyisahkan pertanyaan, mampukah berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5%? 

Seperti diketahui angka pertumbuhan ekonomi Indonesia selama Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden pada tahun 2014-2019 tidak beranjak di angka 5%. Per 2014 pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05%. 

Lalu pada kuartal IV 2015 sebesar 5,15%. Kemudian per kuartal IV 2016 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94%, selanjutnya per kuartal IV 2017 sebesar 5,19%. Terakhir pada kuartal IV 2018 sebesar 5,17%. 

Sebagai petahana, Jokowi merinci rencana kerja pada sejumlah tema malam ini. Ambil contoh, di bidang infrastruktur Jokowi mengagas soal konektivitas sejumlah infrastruktur yang dibangun seperti: jalan tol, bandara udara dan transportasi. Maksudnya, membangun Bandara Kertajati misalnya juga harus didukung dengan pembangunan jalan tol yang dapat menyambung.

Capres nomor urut 01 bahkan menyebut rencana revolusi industri yang dilakukan dengan membangun ekosistem marketplace untuk membantu petani memasarkan hasil pertanian dan sektor perikanan. Tidak hanya itu, Jokowi sempat menyinggung soal kredit petani peer to peer lending atau yang dikenal dengan financial technology (fintech) yang disebut dapat membantu petani mendapatkan kredit. 

Sebenarnya gagasan yang dikemukakan Jokowi tidak ada yang baru. Toh, apa yang terjadi saat ini juga sudah berlangsung secara natural. Maksudnya, tanpa pemerintah memulainya, semua sudah berlangsung karena ekosistem online memang sedang pada eranya. 

Nah, apakah itu semua mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi di atas 5%? Apabila masih melanjutkan yang sudah ada saat ini tanpa ada kebaruan, perbaikan ekonomi serta dukungan sumber daya manusia yang mumpuni, jangan berharap ekonomi bisa melewati angka 5%. 

Bagaimana dengan Prabowo?

Sponsored

Capres nomor urut 02 ini juga terbilang minim gagasan dalam upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi apabila dikaitkan dengan tema debat kemarin malam (17/2). Kalaupun ada yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi jawaban yang disampaikan Prabowo lebih bersifat normatif. Semisal menjamin Indonesia tanpa impor apabila ia terpilih menjadi presiden. 

Bagaimana tidak melakukan impor, pun tak terjelaskan secara gamblang oleh mantan Danjen Kopasus ini. Prabowo juga tidak mampu mengurai soal infrastruktur untuk membangun unicorn, ia bahkan sempat memastikan lebih dulu kalau unicorn yang ditanyakan Jokowi adalah bidang online.

Jawaban dari Prabowo juga bersifat normatif menyambung soal infrastruktur yang dibangun untuk unicorn. Prabowo akan memfasilitas, mengurangi regulasi dan pembatasan karena unicorn sedang pesat berkembang.

Sayangnya, sekalipun optimis sektor e-commarce dikatakan Prabowo akan didukung, namun ia juga mengaku sanksi dengan adanya e-commarce dapat melipatgandakan pendapatan negara. Sebaliknya, Prabowo mengaku khawatir kehadiran e-commarce bisa membuat uang bangsa menguap ke luar negeri. 

Bicara soal energi dengan spesifikasi terkait sawit, Prabowo hanya mengatakan akan meningkatkan porsi kepemilikan tanah dengan sistem plasma dengan perusahaan lebih dari 20%. Sayang, ia juga tidak menjelaskan bagaimana mencapai swasembada energi dengan memanfaatkan sawit sebagai bahan bakarnya. 

Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai, sebagai capres petahana adalah Jokowi terbilang unggul. Begitu ada pertanyaan atau pernyataan Prabowo ia dengan leluasa memaparkan data sampai ke akar-akarnya, sementara Prabowo kurang bisa mengimbangi serangan Jokowi yang lengkap memaparkan data-data. 

Sementara itu, Koordinator BPN Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak menganggap Prabowo sudah cukup data, dalam debat kali ini. Ia bahkan balik menyerang kalau data yang dipaparkan Jokowi cenderung tidak akurat dan salah. 

Dahnil pun memastikan, kedepannya Prabowo akan tetap merujuk pada data yang berorientasi pada kebutuhan rakyat.

Namun ia mengapresiasi sikap Prabowo yang tidak terpancing dengan pernyataan Jokowi. Bahkan memilih kalem menanggapi pertanyaan tersebut.
 

Berita Lainnya
×
tekid