sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kampanye door to door yang masih populer saat pemilu

Strategi door to door bermanfaat bagi partai politik untuk mempromosikan calon legistatif dan presiden mereka, sebelum kampanye datang.

Mona Tobing Robi Ardianto
Mona TobingRobi Ardianto Jumat, 07 Des 2018 18:04 WIB
Kampanye door to door yang masih populer saat pemilu

Mencontoh negara lain 

Strategi kampanye lain yakni microtargetting yang belakangan juga booming di sejumlah negara. Meski masih terbilang baru di dunia politik, namun cukup sukses dan dapat ditiru.  

Presiden Donald Trump misalnya menggunakan big data untuk mengetahui wilayah mana yang berpotensi menjadi kantong pemenangannya. Menggunakan big data, Trump berhasil berkampanye yang tepat sasaran ke pemilihnya. 

Selain di AS, di India, Narendra Modi pada tahun 2013 juga membentuk tim analis untuk memenangkan pemilihan umum. Lalu, Uhuru Kenyatta, Presiden Kenya yang menggunakan data pemilih guna memenangkan Pemilu. Kemudian, Rodrigo Duterte, Presiden Filipina dan Presiden Iran Ahmadinejad menggunakan hal yang sama. 

Bagaimana dengan di Indonesia?

Dedi menyebut kalau strategi microtargetting mungkin belum begitu banyak dilakukan. Sekalipun Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf berkali-kali mengklaim pihaknya menggunakan strategi microtargetting tersebut. 

Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf Amin Abdul Kadir Karding mengatakan, TKN selalu melakukan pemetaan dan analisis terhadap kondisi masing-masing daerah pemilihan. Menurut Karding, terdapat 10 provinsi yang kini menjadi fokus pihaknya untuk meningkatkan perolehan suara. Sejumlah provinsi itu, antara lain Banten, Jawa Barat; Sumatra Selatan; Sumatra Utara dan lain-lain.

Strategi TKN tersebut dinilai Dedi terbilang spesifik pada pemilihan target. Pasalnya, langsung pada sasaran orang ke orang, dan bukan publik. Bonus demografi pun dikatakan Dedi amat cocok untuk menggunakan strategi ini. Sebab mudah untuk mengidentifikasi rasa ketertarikan pada setiap individu ataupun kelompok kecil tertentu yang bertujuan untuk mempengaruhi pemikiran, aksi, hingga keputusan mereka. 

Sponsored

Dalam politik strategi microtargetting cocok untuk meningkatkan elektabilitas. Maka, perlu dilakukan pemetaan secara rinci oleh tim pemenangan atau bisa pula menggunakan analisis data. 

Tujuannya, agar pesan yang dimaksud sampai kepada pemilih. Hanya saja, menurut Dedi hal yang perlu diperhatikan yaitu pemetaan target harus benar. 

"Karena menjadi sia-sia kalau target dilakukan kepada loyalis tertentu, baik loyalis petahana maupun penantang," katanya. 

Maka itu, saran dedi, microtargetting harus dilakukan di ruang abu-abu pada pemilih yang masih berpotensi untuk mengubah pilihannya. Cara kerjanya hampir sama seperti beriklan media sosial, seperti di: Facebook, Twitter ataupun Google. 

Apalagi pada era teknologi seperti saat ini, microtargetting banyak dilakukan melalui media sosial. Sedangkan cara konvensionalnya dengan menemui calon pemilih hingga ke rumah-rumah. 

Riset : Fultri Sri Ratu Handayani

Berita Lainnya
×
tekid