sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menganalisis debat perdana Pilpres 2019 lewat kata

Jokowi ternyata lebih banyak melakukan serangan ketimbang Prabowo.

Tim riset Alinea.id
Tim riset Alinea.id Jumat, 18 Jan 2019 20:21 WIB
Menganalisis debat perdana Pilpres 2019 lewat kata

Debat pertama Pilpres 2019 antara Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, telah berlangsung pada Kamis (17/1/) malam. Kedua capres dan cawapres beradu visi dan misi, serta pendapat, atas sejumlah pertanyaan bertema soal penegakan hukum, HAM, korupsi, dan terorisme.

Banyak pendapat dan analisis dilontarkan terhadap penampilan pertama kedua capres dan cawapres tersebut. Mulai dari paparan materi debat, hingga gestur kedua paslon Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi. Untuk mengulas debat tersebut, Alinea.id mencoba menganalisis kata-kata yang digunakan para kandidat.

Analisis tersebut dilakukan menggunakan tools yang dapat membantu mengelompokkan kata, menentukan kata kunci, dan menghitung penggunaan kata yang sama, dalam suatu pemaparan. 

Lewat tools tersebut, dapat ditemukan kata-kata yang sering diucapkan oleh kedua paslon dalam debat pertama capres 2019. Temuan ini yang kemudian dianalisis dengan konteks isu atau tema yang dibahas dalam debat tersebut, menggunakan pendekatan semiotika.

Jokowi mengucapkan total 2.310 kata dalam debat tersebut, sementara Ma’ruf Amin melontarkan 300 kata. Adapun Prabowo berbicara sampai 2.389 kata, dan Sandiaga menyampaikan 895 kata.

Analisis word cloud

Berdasarkan hasil analisis kata tim riset Alinea.id, Jokowi sebagai petahana ternyata lebih banyak melakukan serangan dibandingkan Prabowo. Indikasinya terlihat dari frekuensi penyebutan kata "Prabowo", yang cukup sering, dan penekanan pernyataan-pernyataan Jokowi pada kata "hukum" dan "HAM".

Word cloud Joko Widodo

Jokowi menyebut kata "Prabowo" sebanyak 12 kali. Kemudian kata "hukum" 32 kali, dan kata "HAM" 11 kali. Penekanan kata “hukum” dan "HAM" dilakukan Jokowi dalam debat, karena ada dugaan Prabowo terlibat dalam pelanggaran HAM berat masa lalu, misalnya soal penculikan sejumlah aktivis . 

Meski tidak menyebutnya secara terang-terangan, diksi HAM yang dikatakan Jokowi tampaknya ditujukan pada kasus tersebut. Penggunaan kata-kata tersebut, sudah mampu menggiring opini publik pada kasus yang hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Jika ditarik ke belakang pada Pilpres 2014, isu itu pun dijadikan amunisi penting bagi tim Jokowi-JK, untuk menyerang Prabowo-Hatta.

Adapun pernyataan-pernyataan menyerang yang dilontarkan Jokowi, yakni "Kami berbeda dengan Pak Prabowo dan Pak Sandi", "Jangan menuduh seperti itu Pak Prabowo", "Jangan kita ini, sering grusak-grusuk menyampaikan sesuatu misalnya apa jurkamnya Pak Prabowo misalnya ini", dan "Mohon maaf Pak Prabowo, jadi yang saya maksud tadi adalah mantan koruptor atau mantan napi korupsi yang Bapak calonkan".

Sementara kata-kata "sistem", "prosedur", dan "mekanisme" pada word cloud Jokowi, menggambarkan kematangan mantan Gubernur DKI Jakarta itu dalam hal-hal teknis selaku kepala negara dan kepala pemerintahan.

Di sisi lain, dalam kesempatan yang sama, Prabowo tidak sama sekali menyebutkan kata "Jokowi". Setelah "Saya", kata yang paling banyak diucapkan Prabowo yakni kata "hukum" dan "korupsi". Artinya, dapat disimpulkan serangan Prabowo kepada petahana lebih menitikberatkan pada persoalan hukum dan korupsi.

Word cloud Prabowo Subianto

Adapun soal HAM, Prabowo terlihat sangat irit bicara. Contoh pernyataan menyerang yang dilontarkan Prabowo seperti "Pak Jokowi yang saya hormati, dengan segala kerendahan hati yang membingungkan kami, adalah bahwa di antara Menteri-menteri Bapak itu berseberangan".

Selanjutnya, pada word cloud Ma'ruf Amin, terlihat spesialisasi calon wakil presiden nomor urut 01 itu memang lebih kompeten pada masalah terorisme dan radikalisme. Itu terlihat dari penjelasannya yang cukup kompleks soal terorisme, dibandingkan dengan isu hukum dan korupsi.

Word cloud Kiai Maruf Amin

Sedangkan Sandiaga, lebih sering menyebut "Prabowo dan Sandi" ketimbang Prabowo. Hal ini mendukung pernyataan artikel yang menyatakan Sandi lebih humble. Penekanan Sandi ada pada hukum dan membuka lapangan pekerjaan, sesuai dengan latar belakangnya sebagai seorang pengusaha.

Word cloud Sandiaga Uno

Analisis kata "saya"

Jika dianalisis secara keseluruhan berdasarkan personality, Jokowi dan Ma'ruf memiliki domain dan kemampuan personal masing-masing. Jokowi bisa dilihat memiliki kemampuan pada penegakan hukum, HAM, korupsi, dan hal-hal lain yang bersifat teknis, dalam tugas selaku kepala negara dan pemerintahan. Sementara Ma’ruf lebih kepada isu yang berkaitan dengan agama dan pendekatan kepada masyarakat. 

Kata "saya" keluar dari mulut Jokowi sebanyak 53 kali. Kata "saya" yang diucapkan oleh keduanya, lebih menekankan pada keyakinan terhadap yang sudah, maupun mampu mereka lakukan.

Analisis kata per kata debat perdana Pilpres 2019. (Tim Riset Alinea.ID)

Sementara Prabowo paling sering menyebut kata "saya". Frekuensi penyebutan kata "saya", jauh berbeda dengan kata-kata lain. Prabowo menyebut kata "saya" sebanyak 65 kali. Hal ini menggambarkan kepercayaan diri atas kemampuannya pada topik-topik yang dibahas, atau perasaan superior karena didukung latar belakangnya sebagai seorang pimpinan pasukan.

Sandi, lebih sering menyebut kata "Prabowo dan Sandi" ketimbang saya. Hal ini menggambarkan kerendahan hati, ingin menunjukkan adanya peran bersama, atau bisa jadi ketidakpercayaan diri mengenai topik-topik yang dibahas.

Peta kekuatan pasangan Calon

Secara keseluruhan, kata-kata yang diucapkan oleh kedua capres-cawapres lebih humanis, mengayomi, dan memberikan rasa aman kepada masyarakat. Namun, kata-kata yang diucapkan oleh capres lebih mencerminkan ketegasan. 

Pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat debat perdana capres-cawapres. (Ahmad Rifwanto/Alinea.id)

Terkait dengan upaya serang-tangkis, lebih banyak dilakukan oleh kedua capres. Adapun cawapres lebih berperan dalam meneduhkan suasana. Ma'ruf Amin menjadi yang paling sedikit bicara dari keempat peserta debat.

Berdasarkan debat pertama capres dan cawapres, diketahui kekuatan Jokowi-Ma’ruf ada pada pemahaman Jokowi, dalam hal-hal teknis selaku kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Adapun pada Ma'ruf Amin, kekuatannya berada dalam mengatasi terorisme yang dipandang dari sudut agama dan pendekatan humanis, pada kelompok masyarakat yang dianggap lebih lemah.

Kekuatan Prabowo-Sandi ada pada harapan yang diberikan kepada masyarakat, walaupun dalam penjelasannya tidak mencerminkan pemahaman mengenai hal-hal yang bersifat teknis. Bahasa yang digunakan keduanya (peluang, kepastian, menghadirkan, kuat, dll), lebih memberikan harapan kepada masyarakat.

Berita Lainnya
×
tekid