close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto: Pixabay
icon caption
Foto: Pixabay
Peristiwa
Selasa, 01 Juli 2025 21:06

Apakah menopause bisa meredakan penyakit autoimun? Ini jawaban para ahli

Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang sel-sel sehat.
swipe

Banyak wanita bertanya-tanya: apakah masa menopause—yang identik dengan berhentinya menstruasi dan perubahan hormon besar-besaran—dapat membawa kelegaan dari penyakit autoimun seperti lupus, rematik, atau multiple sclerosis? Jawabannya ternyata tidak sesederhana "ya" atau "tidak".

Menopause adalah masa transisi besar dalam kehidupan wanita. Umumnya terjadi di usia 50-an, masa ini ditandai dengan berhentinya siklus haid dan menurunnya kadar hormon estrogen serta progesteron dalam tubuh. Tapi ternyata, perubahan hormon ini bukan hanya soal kesuburan atau gejala seperti hot flashes dan mood swing. Menopause juga memengaruhi sistem kekebalan tubuh secara signifikan—dan di sinilah benang merahnya dengan penyakit autoimun.

Ketika Sistem Imun Menyerang Tubuh Sendiri
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang sel-sel sehat. Akibatnya bisa sangat beragam, mulai dari nyeri sendi, gangguan kulit, kerusakan saraf, hingga masalah organ dalam. Beberapa contoh kondisi autoimun yang umum adalah rheumatoid arthritis (RA), lupus (SLE), multiple sclerosis (MS), diabetes tipe 1, dan psoriasis.

Yang menarik, sekitar 80% penderita penyakit autoimun adalah perempuan. Menurut Dr. Rohit Jacob, Spesialis Penyakit Dalam di Aster Clinic, ini bisa dikaitkan dengan peran hormon seperti estrogen, progesteron, hingga prolaktin, yang ternyata juga memengaruhi kerja sistem kekebalan tubuh.

Menopause: Membantu atau Memperparah? Lalu, apa hubungannya dengan menopause?

Menurut Dr. Krithi Raju dari Medcare Orthopaedics & Spine Hospital, saat hormon estrogen menurun drastis selama menopause, kemampuan tubuh untuk mengatur sistem imun ikut berubah. Estrogen selama ini berperan penting dalam menjaga fungsi dan kestabilan sel-sel imun seperti sel T dan sel B, serta mengatur sitokin—protein pengatur peradangan.

Penurunan estrogen dapat menyebabkan lonjakan sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α dan IL-6, yang membuat tubuh cenderung dalam keadaan “siap tempur” meski tidak ada ancaman nyata. Hasilnya, bagi sebagian wanita, ini bisa berarti kambuhnya penyakit autoimun, atau bahkan munculnya gejala baru.

Tak Semua Penyakit Autoimun Bereaksi Sama
Menariknya, respons tubuh terhadap menopause bisa berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya.

Lupus (SLE) – Banyak wanita mengalami penurunan frekuensi kambuh setelah menopause. Hal ini diduga karena lupus sangat dipengaruhi oleh kadar estrogen yang tinggi. Tapi, kerusakan organ yang sudah terjadi sebelum menopause tetap bisa membekas.

Rheumatoid Arthritis (RA) dan Psoriasis – Sebaliknya, kedua penyakit ini cenderung memburuk setelah menopause. Penurunan estrogen membuat peradangan lebih sulit dikendalikan, sehingga nyeri sendi atau gejala kulit bisa makin parah.

Sayangnya, belum banyak penelitian mendalam tentang efek menopause terhadap berbagai jenis penyakit autoimun lainnya, seperti jenis artritis inflamasi yang lebih jarang atau gangguan jaringan ikat lainnya.

Cara Mengelola Autoimun Saat Menopause
Meski terdengar rumit dan menantang, kabar baiknya: Anda tetap bisa mengambil langkah nyata untuk mengurangi gejala dan menjaga kualitas hidup selama menopause. Dr. Jacob menyarankan empat strategi utama:

1. Perbaiki Pola Makan
Makanan sehat dan kaya antioksidan seperti buah, sayur, ikan berlemak, dan biji-bijian bisa membantu mengurangi peradangan dan menjaga keseimbangan imun.

2. Aktif Bergerak
Olahraga ringan seperti jalan kaki, bersepeda, atau berenang selama 30–45 menit setiap hari terbukti membantu mengurangi gejala autoimun dan menjaga stamina.

3. Tidur Berkualitas
Kurang tidur bisa memperparah peradangan. Usahakan tidur 7–8 jam setiap malam agar tubuh punya waktu memulihkan diri.

4. Kelola Stres
Latihan pernapasan, yoga, atau sekadar relaksasi rutin bisa menurunkan hormon stres kortisol dan mengurangi risiko kambuhnya gejala.(gulftoday)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan