Jumlah perwira tinggi polisi dari kalangan perempuan di tubuh Polri terbilang masih sangat sedikit jika dibanding dengan perwira tinggi polri dari kalangan laki-laki. Saat ini, hanya ada lima polwan Polri yang berpangkat jenderal dan menduduki jabatan strategis di institusi Polri.
Mereka ialah Brigjen Pol. Desy Andriani, Brigjen Pol. Rinny Shirley Theresia Wowor, Brigjen Pol. Nurul Azizah, Brigjen Pol. Arrafina Zessa Devy, dan terbaru Brigjen Pol. Sumy Hastry. Jumlah ini jauh timpang jika dibandingkan jumlah perwira tinggi laki-laki.
Guru besar politik dan keamanan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi berpendapat tak mudah menambah perwira tinggi dari kalangan polwan. Butuh waktu tidak sebentar untuk seorang personel untuk menapakki jenjang karier hingga mencapai level perwira tinggi.
"Terlebih lagi polwan yang dari akpol (akademi kepolisian) itu sedikit. Lebih banyak yang dari perwira karier," kata Muradi kepada Alinea.id, Jumat (11/7).
Secara kultural, menurut Muradi, personel polisi yang dipersiapkan mencapai level perwira tinggi lazimnya mengenyam pendidikan di akpol. "Mungkin kalau ada political appointee dari Presiden suatu saat nanti dalam memilih orang dari perwira karier baru, mungkin kultur itu hilang," kata Muradi.
Sejak 2008, menurut Muradi, Polri sudah mulai memperlebar ruang karier bagi kalangan polwan agar bisa menempati jabatan strategis. Namun, pertumbuhan jumlah polwan yang mencapai pucuk pimpinan di Polri tergolong sedikit.
"Untuk sampai bisa ada Kapolri dari polwan, kita butuh sepuluh sampai dua puluh tahun lagi. Untuk saat ini, situasinya belum memungkinkan," kata Muradi.
Muradi juga menilai jumlah polwan yang menjadi perwira tinggi bisa saja didongkrak jika Polri berada di bawah kementerian. Dengan begitu, jenjang karier personel bisa dipantau dan lebih transparan. "Lebih bisa menghindari koncoisme dalam penempatan karier di Polri," ujar dia.
Sepanjang sejarah Polri, jabatan tertinggi yang pernah dijabat seorang polwan ialah kapolda. Kapolda perempuan terakhir ialah Rumiah Kartoredjo. Perempuan asal Tulungagung, Jawa Timur, itu pernah menjabat Kapolda Banten saat berpangkat brigjen bintang satu. Masa dinasnya di kepolisian berlangsung sejak 1978 hingga 2010.
Selain Rumiah, ada Sri Handayani dengan pangkat terakhir inspektur jenderal (irjen). Pada level polda, ia menduduki jabatan strategis sebagai Wakapolda Kalimantan Barat. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Wakapolres Metro Jakarta Selatan dan Kapolres Sragen, Polda Jateng.
Pengamat kepolisian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andy Ahmad Zaelany berpendapat minimnya jumlah perwira tinggi dari kalangan polwan terkait erat dengan maskulinitas dan budaya patriarki yang masih kuat di Indonesia.
"Keberadaan polisi wanita dibentuk pada 1 September 1948, beberapa tahun setelah kemerdekaan. Sejarah pembentukan Polri di awal kemerdekaan juga didominasi kaum pria yang ini nampaknya masih berpengaruh pada pembentukan persepsi dan kebijakan di dalam Polri," kata Andy kepada Alinea.id, Jumat (11/7).
Andy menilai persepsi yang mendiskreditkan perempuan masih cukup lekat di Polri. Sebagai gambaran, ia mencontohkan adanya persepsi kaum wanita tidak cocok untuk posisi-posisi strategis seperti pasukan tempur, tugas-tugas di lapangan yang membutuhkan kekuatan fisik dan keberanian dalam mengatasi kriminalitas.
"Perempuan dianggap lebih cocok untuk kerja kantor dan administratif. Hal ini menyebabkan akses perempuan mengikuti pelatihan/pendidikan dan akses untuk promosi jabatan menjadi kurang lancar. Budaya patriarki juga menyebabkan masih kurang nyamannya kaum pria dipimpin oleh seorang komandan perempuan," kata Andy.
Menurut Andy, harus regulasi yang "memperjuangkan" karier polwan di tubuh Polri. Pasalnya, posisi-posisi prestisius di Polri kebanyakan terkait dengan tugas-tugas lapangan yang masih "bias gender" alias dianggap kurang cocok untuk perempuan.
"Budaya patriarki dalam tubuh Polri harus semakin dikikis. Keberadaan jenderal polwan menandai sudah adanya kemauan untuk kesetaraan gender di Polri, hanya harus terus diperjuangkan," kata Andy.