Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Charles Honoris, meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) segera menindaklanjuti temuan penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar dalam proses produksi tahu.
Charles menuturkan sempat kehilangan selera makan tahu setelah menonton dokumenter viral bertajuk Indonesia’s Toxic Tofu Timebomb Poisoning Millions Daily. Film tersebut menampilkan proses pembuatan tahu di Jawa Timur yang menggunakan limbah plastik sebagai bahan bakar tungku.
“Saya sudah menonton videonya. Jujur, saya sampai tidak berani makan tahu selama dua minggu terakhir. Padahal saya sangat menyukai tahu,” ungkap Charles dalam rapat dengar pendapat bersama BPOM di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (15/5).
Merespons hal tersebut, Charles mendesak BPOM untuk melakukan investigasi dan inspeksi langsung ke lapangan, termasuk di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Menurutnya, banyak tempat produksi tahu yang memiliki kondisi serupa dengan yang terekam dalam dokumenter tersebut.
“Saya minta BPOM bisa segera memeriksa tempat-tempat produksi tahu seperti ini. Produksi tahu tidak hanya ada di Surabaya, tapi juga di Jakarta, dan banyak yang berbasis koperasi. Jika praktik yang membahayakan ini dibiarkan, bisa berdampak luas terhadap kesehatan masyarakat,” tambahnya.
Charles menegaskan pentingnya pengawasan ketat dan edukasi berkelanjutan terhadap pelaku industri pangan, khususnya di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Langkah ini dinilai krusial untuk memastikan keamanan konsumsi masyarakat serta menjaga kepercayaan terhadap produk lokal.
Dengan meningkatnya kesadaran dan pengawasan dari para pemangku kepentingan, diharapkan industri tahu nasional dapat terus berkembang secara sehat, aman, dan berdaya saing, tanpa mengorbankan kesehatan pekerja maupun konsumen.