sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Debat capres 2024: Anies serang pemerintah, Prabowo bela Jokowi, Ganjar cerita safari

Debat capres pertama bertemakan tentang pemerintahan, hukum, HAM, demokrasi, pelayanan publik, dan kerukunan warga.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Selasa, 12 Des 2023 23:11 WIB
Debat capres 2024: Anies serang pemerintah, Prabowo bela Jokowi, Ganjar cerita safari

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengadakan debat pertama calon presiden (capres) 2024, Selasa (12/12) malam. Kegiatan mengusung tema terkait pemerintahan, hukum, hak asasi manusia atau HAM, penguatan demokrasi, peningkatan pelayanan publik, dan kerukunan warga.

Dalam pemaparan awal visi misi, capres nomor urut 1, Anies Baswedan, secara jelas dan terang langsung mengkritik pemerintahan. Mula-mula, ia menyinggung putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, yang akhirnya dapat turut berkontestasi dan menjadi pendamping Prabowo Subianto. Itu berbeda dengan nasib anak muda lainnya.

Generasi milenial dan Z, terang eks Gubernur DKI Jakarta itu, masih ada yang harus berhadapan dengan hukum setelah mengkritik pemerintah. Bahkan, harus mengalami kekerasan dan menjadi sasaran gas air mata aparat saat mengutarakan aspirasinya.

"Hari ini ada satu orang milenial bisa menjadi cawapres, tetapi ada ribuan milenial-generasi Z yang peduli pada anak bangsa, yang peduli pada mereka yang termarjinalkan ketika mereka berpendapat, ketika mengkritik pemerintah, justru dihadapi kekerasan, benturan, dan bahkan gas air mata," tuturnya.

Kritik Anies terhadap pemerintahan hari ini berlanjut dengan menyitir kisah tragis yang dialami seorang ibu rumah tangga, Mega Suryani Dewi. Ia mengungkapkan, Mega akhirnya tewas di tangan suaminya lantaran laporan kekerasan dalam rumah tangganya (KDRT) tidak diproses oleh aparat.

Anies melanjutkan dengan kasus tewasnya remaja bernama Harun Al Rasyid (15) dalam tragedi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI di Jakarta pada 2019. Pendukung Prabowo ini meninggal dengan luka tembak, tetapi belum juga mendapatkan keadilan hingga kini.

"Karena itu, kami mendedikasikan diri dari puncak sampai ke bawah kami akan tegakan hukum pada siapa saja," tegasnya.

Hal kontras diutarakan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto. Ia justru cenderung memuji pemerintahan Jokowi dan menganggap kondisi Indonesia masih stabil dan tidak seseram yang dilontarkan Anies.

Sponsored

Ketua Umum Partai Gerindra ini sesumbar, Indonesia cenderung aman dan damai karena kepimpinan Jokowi berjalan dengan baik. Tata pemerintahannya pun dicap berhasil.

"Kita paham [dan] mengerti masih banyak kekurangan, tetapi kita harus bersyukur di tengah dunia yang penuh tantangan, ketidakpastian, di mana terjadi perang di mana-mana, di mana negara-negara begitu banyak yang terjadi perang saudara, kerusuhan, Indonesia masih aman, Indonesia masih damai," dalih Menteri Pertahanan (Menhan) itu.

"Indonesia masih terkendali. Harga-harga masih terkendali. Ekonomi untuk rakyat masih aman. Karena apa? Karena kepemimpinan, karena manajemen negara yang berhasil," sambungnya.

Bagi Prabowo, adanya kekurangan dalam pemerintahan Jokowi adalah hal lumrah dengan kilah ada 280 juta rakyat yang harus diperhatikan. Menurutnya, yang terpenting adalah seorang pemimpin dapat menjadi teladan.

"Kita harus arif, kita harus dewasa, dan kita tidak boleh munafik. Pemimpin itu ing ngarso sung tulodo, harus memberi contoh," jelasnya.

Paparan Ganjar berbeda

Sementara itu, capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, justru berupaya tidak menyerang ataupun membela pemerintah Jokowi, yang merupakan koleganya di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ia cuma menyampaikan akan melakukan penguatan demokrasi dan peningkatan pelayanan publik jika memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Mulanya, Ganjar menyinggung soal aktivitasnya bersafari dari timur hingga barat Indonesia. Ia menyampaikan, itu dilakukan guna mendengar, mengetahui, dan merasakan masyarakat sehingga dapat menyerap dan memperjuangkan aspirasi yang diterimanya.

"Di Merauke, kami menemukan pendeta, namanya Pak Leo. Dia harus menolong seorang ibu yang ingin melahirkan karena tidak adanya fasilitas kesehatan. Dia hanya belajar dari YouTube," tuturnya.

"Maka, kita sampaikan kepada Pendeta Leo, 'Kami akan bangunkan itu dan kami akan kerahkan seluruh Indonesia bahwa satu desa satu puskesmas atau satu pustu dengan satu nakes (tenaga kesehatan) yang ada," imbuhnya.

Ganjar kemudian menceritakan pengalamannya ketika safari ke NTT, di mana para siswa setempat, baik yang masih bersekolah maupun sudah lulus, mengeluhkan buruknya akses internet untuk belajar dan minimnya lapangan pekerjaan.

"Catatan inilah yang mendorong pikiran kami [merumuskan program] internet gratis untuk para siswa yang sedang bersekolah agar mereka punya kesamaan dengan kita yang ada di Jawa," jelasnya.

Berita Lainnya
×
tekid