close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) berbincang dengan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, sebelum konferensi pers tentang pengukuhan dirinya sebagai Ketua Umum PDIP periode 2019-2024 dalam Kongres V PDI Perjuangan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (8/8)./ Antara Foto
icon caption
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) berbincang dengan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, sebelum konferensi pers tentang pengukuhan dirinya sebagai Ketua Umum PDIP periode 2019-2024 dalam Kongres V PDI Perjuangan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (8/8)./ Antara Foto
Politik
Kamis, 24 April 2025 12:23

Dilema PDI-P jelang kongres: Kembali ke Megawati atau suksesi?

Hingga kini, PDI-P belum menetapkan jadwal untuk menggelar kongres.
swipe

Megawati Soekarnoputri berpeluang besar terpilih kembali menjadi Ketua Umum PDI-Perjuangan (PDI-P) jelang Kongres ke-VI PDI-P yang bakal digelar tahun ini. Sejumlah DPD PDI-P sudah menyatakan bakal meminta Megawati untuk kembali meneruskan kepemimpinannya di partai berlambang banteng moncong putih. 

Dukungan terhadap Megawati, misalnya, mengalir dari DPD PDI-P Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sekretaris DPD PDI-P Totok Hedi Santosa menegaskan kader-kader PDI-P di wilayahnya sepakat untuk kembali mengusung Megawati sebagai ketum. 

"Sejauh ini, kalau di DIY masih sepakat dalam Rakernas mengusulkan Ibu Megawati tetap jadi ketua umum. Surat (dukungan) itu ada di rakernas di Kebayoran. Bulan apa aku sudah lupa," ujar Totok seperti dikutip dari Gesuri.id, Senin (21/4). 

Hal itu dibenarkan Ketua DPP PDI-P Ganjar Pranowo. Menurut Ganjar, banyak kader PDI-P di daerah yang ingin Megawati kembali menduduki kursi ketum. "Kalau trend-nya, suara dari bawah sih seperti itu," kata mantan Gubernur Jawa Tengah itu. 

Megawati saat ini genap berusia 78 tahun. Putri Presiden pertama RI Sukarno itu sudah memimpin PDI-P sejak kongres pertama PDI-P pada April tahun 2000. Dalam setiap gelaran kongres, Megawati selalu terpilih secara aklamasi. 

Peneliti ilmu politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro menganggap wajar jika kader-kader PDI-P masih ingin Megawati jadi ketum. Pasalnya, situasi di internal PDI-P sedang bergejolak setelah Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto ditahan KPK karena diduga terlibat kasus suap Harun Masiku. 

"Kekhawatiran terhadap munculnya konflik dan keterbelahan di internal PDI-P cukup tinggi. Ungkapan Megawati yang mengatakan PDI-P diawut- awut merefleksikan asumsi tersebut benar adanya," kata Siti kepada Alinea.id di Jakarta, Selasa (22/4). 

Namun demikian, Siti berpendapat Megawati belum tentu mengamini keinginan para kader dan kembali mendudukki kursi ketum. Kongres ke-VI PDI-P, kata Siti, akan jadi episode baru bagi PDI-P jika Megawati memutuskan untuk pensiun dan memberikan peluang bagi kader lain untuk maju jadi calon ketua umum. 

"PDI-P bisa menawarkan opsi konvensi untuk melembagakan kompetisi dan promosi kader yang benar dan adil. Dengan persyaratan yang jelas dan berlaku bagi semua kader, maka tidak akan muncul istilah pilih kasih atau pola politik nepotisme yang membuat nuansa politik atau budaya politik menjadi tidak sehat," kata Siti. 

Saat ini, PDI-P disebut-sebut terbelah pada dua kubu. Ada kubu yang ingin kepemimpinan Megawati diteruskan oleh Puan Maharani dan ada pula kubu yang mendukung Prananda Prabowo menggantikan Megawati sebagai ketum. Keduanya adalah putra dan putri Megawati yang memegang jabatan strategis di PDI-P. 

Meskipun situasinya sedang sulit, Siti berpendapat PDI-P tak bisa lagi menunda proses regenerasi kepemimpinan dan menjalankan sistem merit dalam rekrutmen para kader. Sistem sentralistik yang saat ini terkesan dijalankan PDI-P, kata dia, sudah usang dan tak kompatibel dengan tatanan demokrasi modern. 

"Karena di era ini adalah era yang sarat dengan kompetisi dan inovasi. Maka, mau tak mau, suka maupun tak suka, parpol perlu menyesuaikan diri secara agile agar tidak ketinggalan zaman. Parpol perlu menyesuaikan dengan aspirasi generasi milenial dan gen Z agar senantiasa up to date. Pola-pola sentralistis bisa jadi dianggap kuno atau terbelakang dan kurang menarik bagi generasi mereka," kata Siti. 

Analis politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat sepakat PDI-P sedang menghadapi dilema. PDI-P sulit untuk menjalankan suksesi kepemimpinan karena sedang menghadapi ancaman instabilitas setelah tak lagi jadi parpol penguasa. 

"Jika yang dipilih menjaga stabilitas partai, ya, Megawati akan terpilih kembali karena Megawati sebagai ruh partai. Keuntungan partai yang sentralistik dan punya tokoh sentral, ya partai akan stabil. Akan tetapi, jika pilihannya ingin menyesuaikan perkembangan zaman, ya, harus ada regenerasi," kata Cecep kepada Alinea.id.

Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak berharap Kongres ke-VI PDI-P jadi ajang regenerasi kepemimpinan. Menurut dia, sudah saatnya PDI-P berkembang menjadi partai yang lebih kolegial. 

"Keputusan diambil lebih bersama-sama. Megawati perlu disadarkan bahwa zaman sudah berubah dan tantangan ke depan PDI-P juga sudah berbeda. Masing-masing faksi perlu membangun trust atau saling percaya serta komunikasi yang lebih baik," kata dia kepada Alinea.id. 

Zaki berpendapat PDI-P potensial ditinggalkan konstituen mereka jika tak menjalankan suksesi kepemimpinan. "Jika tidak, PDIP akan ketinggalan kereta, dianggap partai yang sudah usang. Jika itu yang terjadi, sangat disayangkan," kata Zaki. 

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan