close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Megawati Soekarnoputri kembali terpilih sebagai Ketum PDI-P dalam Kongres V PDI-P di Bali, Agustus 2019. /Antara Foto
icon caption
Megawati Soekarnoputri kembali terpilih sebagai Ketum PDI-P dalam Kongres V PDI-P di Bali, Agustus 2019. /Antara Foto
Politik
Senin, 12 Mei 2025 14:00

Sentilan Mega untuk siapa?

Megawati dianggap sedang mengingatkan para kader untuk tak menggerogoti PDI-P dari dalam.
swipe

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri "meradang". Memberikan sambutan di acara Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025 di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Kamis (8/5) lalu, Megawati blak-blakan soal capaian PDI-P yang tak maksimal di Pemilu 2024.

Tanpa menyebut nama, Megawati mengkritik kinerja kader-kader PDI-P yang melempem di tim pemenangan Pilpres 2024 dan Pilkada Serentak 2024 di berbagai daerah. Ia mencontohkan kegagalan-kegagalan di daerah-daerah yang harusnya jadi lumbung suara PDI-P. 

"Saya enggak pernah ngomong, kan. Tapi, sekarang saya sentil aja dikit. Why? Eh, setelah babak belur kayak begitu," kata Megawati. Pernyataan Megawati sontak diamini kader-kader PDI-P yang hadir di acara itu.

Dalam sambutannya, Megawati juga menyinggung keberadaan kader-kader tak loyal yang bermain politik dua kaki. Namun, ia juga tak merinci nama-nama kader itu. "Yang harusnya jadi (menang), enggak jadi," imbuh Megawati.

Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak menduga Ketua DPP PDI-P Bambang Wuryanto atau yang akrab disapa Bambang Pacul jadi salah satu sasaran tembak Megawati. Bambang Pacul dianggap gagal memenangkan kandidat-kandidat yang diusung PDI-P di Jawa Tengah. 

"Megawati tampaknya ingin  menohok orang-orang tertentu yang dianggap kurang Ideologis dan rendah loyalitas. Bisa jadi, salah satunya menunjuk ke Bambang Pacul yang mewakili politisi pragmatis dan kompromistik," kata Zaki kepada Alinea.id, Sabtu (10/5). 

Jawa Tengah yang dipegang Bambang Pacul ialah salah satu daerah lumbung suara PDI-P. Meskipun raihan suara PDI-P masih dominan di Pileg 2024 untuk pentas DPRD, PDI-P bisa dibilang "gagal total" di Pilpres 2024 dan Pilkada Serentak 2024.

Di Pilpres 2024, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) kalah telak dari pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran). Di Pilgub Jawa Tengah 2024, pasangan yang diusung PDI-P, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi juga keok dari pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin. 

Pernyataan Megawati, kata Zaki, kian menegaskan adanya dua faksi yang bersaing di PDI-P. Ada faksi ideologis yang diwakili Prananda Prabowo. Ada pula faksi pragmatis yang merepresentasikan Puan Maharani. Bambang Pacul disebut-sebut orang kepercayaan Puan. 

Namun demikian, Zaki menilai pernyataan Megawati tak sepenuhnya tepat. Khusus di Jateng, menurut dia, pengaruh Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) juga patut diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan jagoan-jagoan PDI-P kalah. 

Di Pilpres 2024 dan Pilgub Jateng, Jokowi berseberangan dengan PDI-P. "Kita tahu Pak Jokowi yang pengaruh dan popularitasnya cukup tinggi melakukan penetrasi sangat kuat di Jateng. Pak Jokowi yang obrak-abrik basis banteng," kata Zaki. 

Ketimbang terus menebar genderang pertarungan yang tidak sehat bagi internal partai, menurut Zaki, Megawati sebaiknya merangkul semua faksi di PDI-P. Dengan begitu, konflik di internal parpol tidak diekpsloitasi oleh kelompok-kelompok dari eksternal yang ingin PDI-P terus lemah. 

"Jadi, positioning Bu Mega baiknya sebagai simbol pemersatu yang memberi ruang bagi semua kader untuk berjuang. Tidak perlu larut dalam faksionalisme. Yang tidak kalah pentingnya, PDI-P  harus mampu beradaptasi dengan tantangan baru, menjadi partai yang lebih modern dan kompetitif," kata Zaki. 

Jelang Pemilu 2024, PDI-P juga ditinggalkan sejumlah kader populer, semisal Bambang Sudjatmiko dan Maruarar Sirait. Seturut Jokowi, keduanya mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, Kedua nama itu kini jadi pejabat di Kabinet Merah Putih. 

Senada, analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Kholidul Adib menilai keluh kesah Megawati cenderung mengarah kepada Bambang Pacul. Menurut dia, Bambang Pacul sedang dievaluasi karena kekalahan PDI-P di Pilpres 2024 dan Pilgub Jateng 2024.  

"Bahkan, sejak Pilkada Jateng digelar, sudah ada evaluasi terhadap dia yang dinilai tidak maksimal memenangkan cagub dari PDI-P meskipun sebenarnya kondisi nasional saat ini, PDI-P sedang dijepit oleh barisan koalisi Prabowo," kata Kholidul kepada Alinea.id. 

Kholidul menyebut Megawati sedang melempar sinyal kepada semua kader untuk tidak bermain-main menggerogoti partai dari dalam. "Mega selama ini dikenal tegas dalam memimpin partai. Namun, dalam situasi seperti ini, Mega butuh kader yang bersih dan loyal untuk membawa partai ke depan bisa kembali jaya," kata Kholidul.
 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan