Cegah politik praktis, Gerindra usul NU berjarak dengan parpol
PBNU sebelumnya meminta para kiai tidak terlibat politik praktis. Pangkalnya, memiliki tugas luhur dalam mencetak generasi bangsa.
Partai Gerindra mendukung sikap Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang meminta organisasinya tidak dibawa-bawa ke dalam ranah politik praktis, termasuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sebab, bagi Gerindra, NU harus netral karena bukan organisasi politik.
"Saya kira, pernyataan itu bagus karena NU, kan, bukan organisasi partai politik. Jadi, harus netral," ujar Sekretaris Jenderal DPP Gerindra, Ahmad Muzani, di Sekretariat Bersama (Sekber) Gerindra-PKB, Jakarta Pusat, pada Senin (23/1).
Karena itu, dirinya menyarankan NU menjaga jarak dengan kekuatan politik. "Harus menjaga jarak yang sama dengan kekuatan partai politik (parpol). Saya kira, baik, bagus."
Muzani menambahkan, langkah Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, sowan kepada beberapa kiai bukan dalam rangka politik praktis. Namun, bertujuan membangun silaturahmi dan membicarakan upaya-upaya demi kesejahteraan masyarakat.
PBNU sebelumnya meminta para tokoh agama, seperti kiai dan para istrinya di lingkungan pesantren, tak terlibat politik praktis. Ketua PBNU, Ishfah Abidal Aziz, mengatakan, kiai atau istri kiai memiliki tugas luhur dalam mencetak generasi bangsa yang berpendidikan sekaligus berakhlak mulia.
Menurut Ishfah, memanfaatkan kiai dalam percaturan politik praktis sama saja mengerdilkan peran strategis para tokoh dan pemuka agama. Sebab, ada tugas lebih besar yang diembannya, baik dalam pendidikan ataupun dakwah.
"Di tengah masyarakat, peran kiai benar-benar menjadi teladan. Mendamaikan ketika terjadi perselisihan, memberikan pencerahan, dan menjadi solusi terhadap problematika umat," tuturnya.