sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Membaca kans Jokowi mengakuisisi Golkar 

Wacana mendorong Jokowi jadi Ketum Golkar diembuskan sejumlah kader.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Selasa, 19 Mar 2024 11:46 WIB
Membaca kans Jokowi mengakuisisi Golkar 

Wacana mendudukkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar menyeruak di internal parpol. Dalam wawancara di Kompas TV, Sabtu (16/3) lalu, anggota Dewan Pakar Golkar, Ridwan Hisjam mengatakan peluang itu terbuka lantaran Jokowi berjasa besar mendongkrak perolehan suara Golkar di Pileg 2024.

"Semua kader bergerak. Pak Ketua Umum (Airlangga Hartarto) juga (bekerja di pileg). Tapi, menurut saya, yang terbesar (jasanya) adalah Pak Jokowi, memberikan situasi kondusif agar Golkar bisa berkembang," kata Ridwan.

Berbasis hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), Golkar saat  berada di urutan kedua parpol peraih suara terbesar di Pileg 2024 dengan mengantongi 15,7% suara nasional. PDI-Perjuangan unggul tipis dengan raihan 16,8%. Gerindra bercokol di peringkat tiga dengan raupan 13.4% suara. 

Ridwan mengaku usulan agar Jokowi menggeser Airlangga di posisi ketua umum tak hanya datang dari dirinya. Menurut dia, ada banyak kader yang juga berharap Jokowi ikut dalam kontestasi pemilihan ketum Golkar pada Desember mendatang. 

"Pengurus di daerah juga antusias. Mereka sangat senang karena dalam kemenangan Pileg 2024 untuk Partai Golkar ini, prestasi atau sumbangsih Pak Jokowi yang tidak kecil, cukup besar," ujar Ridwan. 

Isu Jokowi bakal meneruskan karier politik di Golkar sudah menyeruak sejak Desember 2023. Saat hendak bertolak ke Tokyo, Jepang, Jokowi sempat terlihat mengenakan dasi kuning khas Golkar. 

Rumor itu juga sempat ditanyakan pewarta kepada Jokowi di sela-sela peresmian Jembatan Otista di Bogor, Jawa Barat, pertengahan Desember lalu. Jokowi hanya menyebut ia nyaman dengan Golkar. 

Saat ini, setidaknya ada empat nama di internal Golkar yang potensial maju, yakni Bambang Soesatyo yang saat ini menjabat sebagai Ketua MPR RI, Bahlil Lahdalia (Menteri Investasi), Agus Gumiwang Kartasasmita (Menteri Perindustrian), dan Airlangga. 

Sponsored

Guru Besar Ilmu Politik dari  Universitas Pendidikan Indonesia, Cecep Darmawan menilai Jokowi punya peluang mengakuisi Golkar. Meskipun disokong tokoh-tokoh Golkar seperti Luhut Binsar Pandjaitan dan Bahlil, langkah Jokowi tidak akan mudah. 

Selain "menjinakkan" para kandidat ketum lainnya, Jokowi harus mampu menaklukkan faksi-faksi di partai berlambang pohon beringin itu, semisal faksi Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, dan Agung Laksono. Jokowi juga bakal kehilangan momentum jika Munas Golkar diselenggarakan pada Desember 2024.  

"Kalau melihat posisi Jokowi hari ini, memang menguntungkan (bagi Jokowi maju jadi ketum) Golkar. Tetapi, besok lusa (Oktober 2024), Pak Jokowi kan sudah tak jadi presiden," ucap Cecep kepada Alinea.id, Senin (18/3).

Bukan tidak mungkin, kata Cecep, Jokowi bermanuver sebelum lengser dari kursi RI 1. Salah satunya dengan melobi Airlangga untuk tidak maju lagi sebagai Ketum Golkar. Di sisi lain, Jokowi juga mengobral "gula-gula" kekuasaan kepada para tokoh di faksi Golkar untuk memuluskan jalannya menduduki kursi ketum. 

"Bisa saja elite partai-partai itu menyetujui. Tetapi, mereka diberikan kekuasaan di Golkar di level kedua. Kelihatannya yang nomor dua ini, yang menurut saya, akan besar kemungkinannya," ucap Cecep.

Menurut Cecep, Airlangga tidak akan berani berhadap-hadapan dengan Jokowi untuk memperebutkan kursi Ketum Golkar. Tidak punya pengalaman panjang jadi oposisi, Golkar juga bakal mudah dirayu Jokowi jika statusnya masih sebagai penguasa.

"Terlepas Airlangga memiliki kasus hukum, tampaknya Airlangga enggak akan berani kalau Jokowi mau nyalon. Tetapi, Jika Jokowi berhasil jadi Ketua Umum Golkar, ke depan (Golkar) akan semakin jauh (dari citra partai ideologi) dan akan semakin menjadi partai yang pragmatis. Ideologi mudah diubah," ucap Cecep.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai Jokowi tidak akan mendapat dukungan penuh dari seluruh faksi di Golkar. Meski memiliki orang dekat sekaliber Luhut dan Bahlil, Jokowi sudah tidak memiliki pengaruh kuat bila Munas Golkar tetap digelar pada Desember 2024. 

"Selain itu, kalau kita lihat kalau nama- nama yang muncul dari Airlangga, Agus Gumiwang, Bamsoet dan Bahlil, menurut saya, mereka patut diperhitungkan. (Sekjen Golkar) Lodewijk (Paulus) dan (Waketum Golkar) Erwin Aksa ini juga bisa jadi Ketua Umum. Jadi, peta kekuatan ini rata," kata Ujang kepada Alinea.id, Senin(18/2).

Menurut Ujang, aktor penentu pemenang kursi Ketum Golkar pada Desember 2024 bukan ada pada sosok Jokowi. Ia berpendapat Prabowo, yang hampir pasti menjadi presiden terpilih, bakal punya pengaruh lebih besar menentukan kontestasi. "Jadi, siapa yang lebih didukung Prabowo yang akan menang jadi Ketum Golkar," ujar Ujang.

Ujang berharap Jokowi tidak nekat berupaya mendudukki kursi Ketum Golkar degan melanggar. Sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) Golkar, Jokowi tidak memenuhi syarat untuk maju jadi Ketum Golkar.

"Kalau dipaksa, dia tidak memenuhi persyaratan. Kalau Jokowi menabrak aturan terus, dia sudah sudah kelewatan dan akan semakin banyak yang kecewa," ujar Ujang.

AD/ART Golkar merinci sejumlah persyaratan bagi seseorang untuk maju jadi ketum, semisal harus menjadi kader setidaknya selama 5 tahun, jadi pengurus di tingkat DPP, dan tidak pernah jadi kader di parpol lain. 

 

Berita Lainnya
×
tekid