Mudik dilarang, wisatawan dipastikan membeludak
Masyarakat yang tidak mudik bakal penuhi tempat-tempat wisata.
Kebijakan pemerintah melarang mudik namun mengizinkan destinasi wisata dibuka menuai kritik. Kebijakan tersebut dinilai aneh lantaran bakal memicu kerumunan.
"Sudah pasti masyarakat yang tidak mudik itu akan memenuhi tempat-tempat wisata tersebut. Apakah ini yang diinginkan oleh pemerintah terjadi kerumunan warga masyarakat di lokasi wisata? Padahal vaksinasi yang disebut-sebut sebagai game changer untuk mengatasi Covid-19 juga masih berjalan lambat," kata anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher, dalam keterangannya, Selasa (13/4).
Merujuk data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), akumulasi dosis vaksin yang telah disuntikan baru menyentuh 12,7 dosis per Senin (5/4). Angka ini dianggap masih rendah dari total target vaksin.
Politikus PKS ini menilai, keyakinan pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan di tempat wisata bakal sulit terwujud. Pasalnya, ada sebagian tempat wisata yang tidak memungkinkan untuk menerapkan prokes.
"Misalnya saja di pantai atau kolam renang yang pastinya akan diserbu oleh pengunjung, bagaimana penerapan prokesnya? Apa mungkin bisa menjaga jarak di tempat-tempat seperti itu? Apalagi masyarakat dilarang mudik, maka sudah pasti tempat wisata akan membeludak," katanya.
Tak hanya itu, kebijakan pembukaan tempat wisata dinilai Netty akan memberi beban ke pemerintah daerah. Sebab, dengan segala keterbatasan otoritas daerah dipaksa menjaga tempat wisata untuk terapkan protokol kesehatan.
"Saya pribadi tidak yakin seluruh tempat wisata bisa diawasi agar tetap menjalankan prokes. Hal itu sangat sulit, karena tidak mungkin satu petugas menjaga satu wisatawan agar tetap menjaga jarak," ujar dia.
Kendati demikian, Netty meminta agar pemerintah konsisten dalam membuat kebijakan, yakni dengan menutup tempat wisata. "Kebijakan ini tujuannya apa? Kalau pelarangan mudik untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19, kenapa destinasi wisata justru dibuka dan diperbolehkan? Hal ini akan membuat masyarakat bingung dan 'membandel' untuk tetap mudik," bebernya.