sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rentetan serangan SBY dan Demokrat kepada Prabowo-Sandi

Partai Demokrat melalui Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali melontarkan serangan kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Jumat, 16 Nov 2018 17:55 WIB
Rentetan serangan SBY dan Demokrat kepada Prabowo-Sandi

Partai Demokrat melalui Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali melontarkan serangan kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Baru-baru ini hubungan Partai Gerindra dengan Partai Demokrat kembali memanas. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena adanya  komunikasi yang buruk di antara keduanya terkait pemenangan Pemilu legislatif dan presiden 2019.

Gerindra menganggap Demokrat setengah hati dalam mendungkung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandi. Pasalnya, Demokrat tak kunjung melakukan kerja-kerja pemenangan alias kampenye bersama pasangan calon nomor urut 02.

Akan tetapi, tudingan itu segera dibantah oleh Demokrat melalui Juru Bicara Komando Satuan Tugas Bersamanya (Kogasma) Demokrat Putu Supadma. Dia menyebut justru tim Prabawo-Sandi dan Gerindra-lah yang tak memiliki itikad baik terhadap Demokrat, terutama Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat SBY dan Komandan Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk memenangkan Pemilu 2019 bersama.

"Mas AHY kan biasa bekerja sistematis, dan pada setelah pertemuannya dengan pak SBY dan mas AHY semua sudah berkomitmen. Namun setelah itu tak ada komunikasi lagi, jadi ini tak tahu siapa harus melakukan apa," ungkap Putu.

Jika ditelisik lebih jauh ke belakang, sejatinya Demokrat terhitung kerap melontarkan kritik terhadap Paslon nomor urut 02 itu. Khususnya kepada Prabowo Subianto.

Serangan awal dilakukan Demokrat sesaat setelah Prabowo mengumumkan pendampingnya, Sandiaga Uno. Adalah Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Andi Arif yang menyerang keputusan itu.

Tepatnya pada 9 Agustus 2018, Andi menyebut Prabowo adalah jenderal kardus. Istilah itu merujuk pada tudingan bahwa pemilihan Sandi sebagai calon wakil presiden lantaran uang.

Sponsored

Andi dengan keras menuding Prabowo hanya memikirkan uang semata dalam mewujudkan ambisi sebagai calon presiden. Prabowo dituding telah melakukan politik transaksional kepada Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk memuluskan jalan Sandiaga Uno.

Tak berhenti di situ, Andi Arief lagi-lagi menyerang lewat kritiknya untuk Prabawo. Dia menyatakan dalam akun Twitternya, bahwa Prabawo adalah orang yang tak berniat memenangkan Pilpres 2019. Sebabnya, Prabowo tak aktif berkampanye ke daerah-daerah. 

"Ini otokritik, kalau dilihat cara berkampanye yang mau jadi presiden itu Sandiaga atau pak Prabowo? Saya menangkap kesan pak Prabowo agak kurang serius menjadi presiden, dan Pilpres itu memilih presiden, jadi kalau pak Prabowo tak mau keliling Indonesia aktif, tak ada rumus untuk menang," kicaunya melalui akun Twitter pada 12 Oktober 2018.

Serangan-serangan masih terus terjadi. Bahkan, Ketua Umum DPP Partai Demokrat yang juga Presiden RI ke-6 SBY, mengungkapkan kegundahan saat pembekalan calon anggota legislatif di Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (10/11).

SBY mengatakan pada Pilpres kali ini partainya kurang diuntungkan. Sebab, tak ada kadernya yang maju sebagai Capres dan Cawapres kali ini. Ia mengatakan sesungguhnya Pilpres kali ini hanya menguntungkan PDI Perjuangan dan Gerindra semata.

Kritik keras juga kembali dilontarkan oleh SBY. Melalui akun Twitter terverifikasi miliknya @SBYudhoyono dia menuding Prabowo belum menyosialisasikan program kerja yang akan dilakukan jika terpilih sebagai Presiden 2019-2024.

Bagi SBY yang berpengalaman dua kali menjadi Capres, dia tidak pernah menyalahkan dan memaksa para Ketum Parpol koalisi untuk mengkampanyekan Capres. Sejatinya, Capres adalah super star pada Pilpres.

"Saat ini, rakyat ingin dengar dari Capres apa solusi, kebijakan dan program yang akan dijalankan untuk Indonesia 5 tahun ke depan," urainya.

Jika penjabaran visi dan misi itu tak muncul, menurut SBY bukan hanya rakyat yang bingung, tetapi juga para pendukung. Sehingga, sudah saatnya para Capres-Cawapres memunculkan program yang ingin diwujudkan ke depan.

Gerindra percaya Demokrat

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon meyakini basis massa Partai Demokrat tetap mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga sehingga pihaknya tidak terlalu khawatir adanya beberapa kader Demokrat yang mendukung pasangan Jokowi-Maruf.

"Kami yakin suara arus mainstream Demokrat tetap mendukung Prabowo-Sandi," kata Fadli di kompleks MPR/DPR/DPD RI.

Hal itu dikatakannya terkait dengan pernyataan Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) bahwa partainya tidak akan memberikan hukuman terhadap kader yang memiliki pilihan berbeda soal Capres dan Cawapres.

Ia tidak mempermasalahkan imbauan Ibas tersebut karena dirinya meyakini sejak awal Demokrat tetap berkomitmem mendukung Prabowo/Sandi.

Namun, dia memahami kalau ada satu atau dua kasus kepala daerah dari Demokrat yang memilih mendukung pasangan Jokowi-Maruf karena itu urusan internal Demokrat untuk diselesaikan.

"Saya kira tidak ada masalah, tidak akan terganggu karena pernyataan itu karena maksudnya tetap mendukung. Mungkin saya tidak tahu ada satu atau dua orang tertentu, saya kira wajar," ujarnya.

Pada akhirnya, lanjut dia, pilihan masyarakat tidak selalu linear dengan apa yang disarankan partainya, seperti kader partai pendukung pemerinta,h namun konstituennya mendukung Prabowo-Sandi. 

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin, menilai sikap Demokrat tersebut tak bisa dilepaskan dari kekecewaan SBY terhadap Prabowo. Khususnya lantaran sang putra mahkota, AHY, tak jadi dipinang menjadi pendamping mantan Danjen Kopassus tersebut.

"Sudah dari awal Demokrat memang sudah kecewa karena Agus Harimurti Yudhoyono tak jadi Cawapresnya Prabowo," jelasnya kepada Alinea.id.

Karena menurutnya, tak bisa dipungkiri SBY sangat berhasrat menjadikan AHY sebagai calon wakil presiden. (Ant).

Berita Lainnya
×
tekid