sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ziarah, antara tradisi dan citra politik

Jelang pilpres 2019, sejumlah tokoh politik seperti Prabowo dan Cak Imin ziarah ke makam para leluhur. Sekadar tradisi atau membentuk citra?

Purnama Ayu Rizky
Purnama Ayu Rizky Jumat, 04 Mei 2018 13:54 WIB
Ziarah, antara tradisi dan citra politik

Fenomena ziarah ke makam tokoh politik atau tokoh masyarakat ramai di tahun politik. Jumat (4/5) Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto berziarah ke makam presiden pertama Soekarno di Kelurahan Bendogerit, Kota Bllitar, Jawa Timur, bersama Rachmawati Soekarnoputri.

Sebelumnya politisi PKB Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin juga berdoa di pusaran suami Megawati Taufik Kiemas, guna memohon restu sebagai cawapres pendamping Jokowi. Tak hanya itu, praktik ziarah ini juga dilakoni calon kepala daerah dari Jawa Timur Khofifah dan Emil Dardak. Bedanya, mereka menyambangi makam buruh Sidoarjo Marsinah untuk melantunkan tahlil bagi almarhumah.

Di Jakarta, dalam gelaran pilkada dan pileg periode lalu, tiga makam keramat yang digadang-gadang menjadi paku ibukota, juga tak pernah sepi kunjungan calon legislator dan kepala daerah. Tiga makam itu adalah makam Habib Ahmad bin Alwi Alhaddad atau Habib Kuncung di Pancoran, makam Pengeran Jayakarta, dan Mbah Priok.

Motif ziarah itu sendiri beragam. Prabowo mengaku, motivasinya hanya lantaran ia menghormati sosok Bung Karno. Ziarah, imbuhnya, juga bagian tradisi yang baik dan harus dilestarikan.

"Hari ini saya diajak Bu Rachmawati untuk ziarah ke makam pendiri hangsa ini. 'Founding father' kita, proklamator kita, presiden pertama Bung Karno," katanya di Blitar, Jumat (4/5), dilansir Antara.

Prabowo datang ke makam Bung Karno sekitar jam 09.00 WIB dengan rombongan. Saat datang di makam ayah Megawati tersebut, para pendukungnya langsung menyambut dengan gempita. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang mengenakan kaos bertuliskan "Prabowo for Presiden".

Sebelum ziarah, Prabowo mengikuti upacara kemiliteran di lokasi makam. Puluhan pendukung juga ikut upacara kemiliteran tersebut, dilanjutkan acara doa bersama di makam. Di tempat tersebut, pemuka agama memimpin doa lalu tabur bunga. Usai berdoa pun, kegiatan ini masih ditutup dengan upacara militer.

Lain dengan Prabowo, paslon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur nomor urut 1, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto tak mengunjungi makam tokoh politik. Mereka justru memanfaatkan momentum selebrasi Hari Buruh kemarin untuk mengunjungi makam pejuang buruh Marsinah, Selasa (1/5).

Di pusara Marsinah, Desa Nglundo Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk, Khofifah dan Emil mengirimkan doa dan penghormatan pada tokoh yang dijuluki martir bagi gerakan buruh nasional. Khofifah juga memimpin Emil dan rombongan untuk membacakan tahlil bagi Marsinah.

Sementara itu, pada Maret silam, Ketua Umum PKB Cak Imin juga kedapatan menyambangi makam mantan Ketua MPR RI Taufiq Kiemas di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Didampingi tiga elit PKB, yakni Ketua DPP PKB Jazil Fawaid dan dua Wasekjen PKB, Faisal Reza dan Dita Indah Sari, Cak Imin terang-terangan memohon restu pada mantan suami Megawati tersebut.

Sponsored

Sembari menepuk batu nisan makam Taufiq dengan tangan kanan, ia berseru,  "Pak Taufiq, saya izin jadi cawapresnya Pak Jokowi," ujar Cak Imin.

Latah para politisi menunaikan laku ziarah ini dinilai pengamat politik Syahirul Alim, dikutip dari Pepnews sebagai upaya yang masih dipertanyakan. Ia mengungkapkan tak ada yang salah dengan ziarah kubur, sebab itu merupakan tradisi yang diturunkan dari Nabi Muhammad. Ziarah ini harus dimaknai sebagai upaya mendoakan dan bagian penghormatan atas jasa-jasa seseorang selama hidupnya.

Namun jika, ziarah ini maknanya direduksi untuk tujuan lain, tentu akan jadi masalah. Apalagi jika digunakan untuk sekadar upaya membentuk citra atau kedekatan dengan keluarga atau pengagum almarhum. "Jangan sampai, seakan-akan secara sadar, para kontestan malah mengeksploitasi yang sudah mati, seakan-akan dengan berziarah ke pusaranya mereka mendapat restu dan dukungan dari mereka," tuturnya.

Sementara itu, Dosen Ilmu Politik dari UGM Ari Dwipayana menilai, upaya ziarah ke makam tokoh politik atau masyarakat itu sebagai perwujudan kepercayaan pada hal-hal klenik. “Mereka percaya pada politik klenik karena berpikir bahwa mereka bisa memenangkan proses-proses politik melalui dukungan suprantural,” katanya, dilansir detikcom.

Berita Lainnya
×
tekid