Demo berujung rusuh di DPR, Kapolri tuding ada massa bayaran

Aksi demo mahasiswa dan pelajar di Gedung MPR/DPR yang terjadi pada 24 dan 25 September 2019 dinilai mirip dengan aksi 21-22 Mei 2019.

Sejumlah pelajar melakukan aksi unjuk rasa menentang UU KPK hasil revisi dan RKUHP yang berujung ricuh di kawasan Palmerah, Jakarta. Antara Foto

Kapolri, Jendral Pol Tito Karnavian, mengatakan aksi demonstrasi mahasiswa dan pelajar di Gedung MPR/DPR RI yang terjadi dalam dua hari terakhir atau pada 24 dan 25 September 2019, mirip skemanya dengan kerusuhan pada 21dan 22 Mei 2019 di Gedung Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu. 

Secara alur, kata dia, tampak jelas persamaan terhadap aksi keduanya, yakni aksi unjuk rasa yang semula berlangsung damai, berubah menjadi kerusuhan. Karena alasan itu, ia menduga ada pihak-pihak yang mendompleng aksi unjuk rasa tersebut.

Menurut Tito, pihak yang mendompleng ini telah mengatur massa aksi sehingga berubah menjadi kerusuhan. Pola pergerakannya pun disebut terjadi secara sistematis. Ia pun menegaskan, indikasi tersebut semakin kuat dengan munculnya kelompok perusuh menjelang malam hari.

“Saya katakan ini mirip, persis polanya dengan kerusuhan 21-22 Mei. Dimulai dari sore hari dan berlangsung sampai malam hari. Ini kita lihat cukup sistematis ya, seperti ada yang mengatur ini,” kata Tito di kantor Kemenko Polhukam Jakarta, Kamis (26/9).

Tito menyebut, para perusuh ini sengaja menyusup ke dalam aksi mahasiswa yang melakukan unjuk rasa. Mereka melakukan provokasi karena memiliki agenda tersendiri yang berbeda dari tuntutan mahasiswa dan pelajar.