sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Demo berujung rusuh di DPR, Kapolri tuding ada massa bayaran

Aksi demo mahasiswa dan pelajar di Gedung MPR/DPR yang terjadi pada 24 dan 25 September 2019 dinilai mirip dengan aksi 21-22 Mei 2019.

Fadli Mubarok
Fadli Mubarok Kamis, 26 Sep 2019 19:47 WIB
Demo berujung rusuh di DPR, Kapolri tuding ada massa bayaran

Kapolri, Jendral Pol Tito Karnavian, mengatakan aksi demonstrasi mahasiswa dan pelajar di Gedung MPR/DPR RI yang terjadi dalam dua hari terakhir atau pada 24 dan 25 September 2019, mirip skemanya dengan kerusuhan pada 21dan 22 Mei 2019 di Gedung Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu. 

Secara alur, kata dia, tampak jelas persamaan terhadap aksi keduanya, yakni aksi unjuk rasa yang semula berlangsung damai, berubah menjadi kerusuhan. Karena alasan itu, ia menduga ada pihak-pihak yang mendompleng aksi unjuk rasa tersebut.

Menurut Tito, pihak yang mendompleng ini telah mengatur massa aksi sehingga berubah menjadi kerusuhan. Pola pergerakannya pun disebut terjadi secara sistematis. Ia pun menegaskan, indikasi tersebut semakin kuat dengan munculnya kelompok perusuh menjelang malam hari.

“Saya katakan ini mirip, persis polanya dengan kerusuhan 21-22 Mei. Dimulai dari sore hari dan berlangsung sampai malam hari. Ini kita lihat cukup sistematis ya, seperti ada yang mengatur ini,” kata Tito di kantor Kemenko Polhukam Jakarta, Kamis (26/9).

Tito menyebut, para perusuh ini sengaja menyusup ke dalam aksi mahasiswa yang melakukan unjuk rasa. Mereka melakukan provokasi karena memiliki agenda tersendiri yang berbeda dari tuntutan mahasiswa dan pelajar.

Dalam aksi kerusuhan tersebut, Tito mengungkapkan, pihaknya telah menangkap lebih dari 200 orang. Diduga, mereka terlibat dalam aksi kerushan di kawasan gedung DPR/MPR tersebut. Tak hanya itu, Kapolri menambahkan, aparat kepolisian juga telah membuktikan, bahwa kelompok yang melakukan kerusuhan itu juga mendapatkan bayaran untuk menggelar aksi.

Adapun rata-rata para peserta aksi kerusuhan tersebut, kata Tito, adalah masyarakat umum. Mereka yang dianggap sebagai massa bayaran ini tidak mengerti tuntutan yang disampaikan dari aksi unjuk rasa para mahasiswa.

Namun demikian, Tito tidak menjelaskan lebih lanjut dari mana massa tersebut mendapatkan bayaran. Ia juga tidak menegaskan siapa dalang yang mendomplengi aksi mahasiswa dan pelajar tersebut.

Sponsored

"Mereka membawa barang-barang yang berbahaya, seperti molotov misalnya. Kami sudah amankan," kata Tito.

Berita Lainnya
×
tekid