sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Defisit transaksi Indonesia jebol 3,37% terhadap PDB

Untuk pertama kalinya, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) telah menembus 3,37% dari PDB pada kuartal III-2018.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Jumat, 09 Nov 2018 17:36 WIB
Defisit transaksi Indonesia jebol 3,37% terhadap PDB

Untuk pertama kalinya, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) telah menembus 3,37% dari PDB pada kuartal III-2018 senilai US$8,8 miliar.

Bank Indonesia merilis data CAD sembilan bulan pada 2018 lebih tinggi dari kuartal sebelumnya US$8 miliar atau 3,02% terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Padahal, bank sentral sebelumnya memperkirakan CAD kuartal III-2018 akan berada di bawah level aman 3% dari PDB. 

"Secara kumulatif, defisit neraca transaksi berjalan hingga kuartal III-2018 tercatat 2,86% PDB, sehingga masih berada dalam batas aman," jelas Direktur Eksekutif BI Agusman seperti dikutip dalam siaran resminya, Jumat (9/11). 

Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan, lanjut Agusman, dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa. 

Penurunan kinerja neraca perdagangan barang terutama dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan minyak dan gas. Sementara peningkatan surplus neraca perdagangan barang nonmigas relatif terbatas akibat tingginya impor karena kuatnya permintaan domestik. 

"Peningkatan defisit neraca perdagangan migas terjadi seiring dengan meningkatnya impor minyak di tengah naiknya harga minyak dunia," ujarnya. 

Selain itu, kata Agusman, defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat juga bersumber dari naiknya defisit neraca jasa, khususnya jasa transportasi, sejalan dengan peningkatan impor barang dan pelaksanaan kegiatan ibadah haji. 

Sponsored

Meski demikian, defisit neraca transaksi berjalan yang lebih besar tertahan oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor produk manufaktur dan kenaikan surplus jasa perjalanan seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, antara lain terkait penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang.

Semantara itu, transaksi modal dan finansial pada triwulan laporan mencatat surplus US$4,2 miliar, didukung oleh meningkatnya aliran masuk investasi langsung. 

Aliran dana asing pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman luar negeri korporasi juga kembali meningkat. 

Meskipun demikian, surplus transaksi modal dan finansial tersebut belum cukup untuk membiayai defisit transaksi berjalan, sehingga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2018 mengalami defisit sebesar US$4,4 miliar. 

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September 2018 menjadi sebesar US$114,8 miliar dollar AS. 

Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.

Bank Indonesia memperkirakan NPI bisa membaik dan dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. 

"Koordinasi yang kuat dan langkah-langkah konkret yang telah ditempuh pemerintah bersama dengan BI untuk mendorong ekspor dan menurunkan impor diyakini akan berdampak positif dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan tetap berada di bawah 3%," tutur Agusman. 

Pada saat bersamaan, BI akan terus mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, volume perdagangan dunia yang cenderung menurun, dan kenaikan harga minyak dunia. 

BI juga akan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural.

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perkonomian Darmin Nasution menyampaikan bahwa CAD yang di atas 3% terhadap PDB pada kuartal III-2018 ini buakn sesuatu yang mengkhawatirkan. 

"Apalagi sekarang, capital inflow masuk setelah rupiah menguat. Capital inflow mulai masuk. Sehingga sebetulnya, kalau ada defisit di transaksi berjalan, kalau transaksi modal dan finansialnya tidak terlalu besar," ujar Darmin di kantornya.

Untuk menekan CAD ini, kata Darmin, pemerintah butuh waktu.

"Sudah jangan lihat per bulan dong. Ini perlu waktu. Misalnya B20, datanya baru ada keluar data September, baru satu bulan. Tapi kalau lihat data Oktober dan November pasti lain," tukas Darmin.

Berita Lainnya
×
tekid