sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Inovasi, kunci keberhasilan bus listrik pertama di Indonesia

PT Mobil Anak Bangsa baru bisa menghasilkan produk pertamanya setelah lebih dari tiga tahun memperbaiki prototipenya berkali-kali.

Silvia Ng
Silvia Ng Jumat, 13 Agst 2021 17:28 WIB
Inovasi, kunci keberhasilan bus listrik pertama di Indonesia

PT Mobil Anak Bangsa (MAB) merupakan perusahaan manufaktur kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) yang berdiri sejak 2016. Korporasi otomotif yang berfokus pada bus listrik lokal ini memanfaatkan sumber daya listrik karena beberapa hal, salah satunya adalah polusi udara yang kian memburuk.

Selain itu, pada 2019, subsidi bahan bakar minyak (BBM) sudah mencapai Rp100 triliun dan emisi CO2 menyentuh 127,5 juta ton. General Manager Business Development PT MAB, Prabowo Kartoleksono, mengatakan, ketiga hal ini bukanlah hal sepele untuk dibiarkan berlarut-larut.

"Jadi dari tahun 2016, para pendiri MAB berpikir, bahwa sudah 50 tahun industri otomotif bangsa Indonesia belum menjadi tuan di negeri sendiri. Kita selalu menjadi bangsa konsumen, kita bukan menjadi majikan bagi diri kita sendiri,” ucapnya dalam webinar, Jumat (13/8).

Sebagai perusahaan manufaktur, MAB mendasari semua aktivitas yang berpusat pada 3 titik, yaitu thinking, action, dan feel (mengkaji ulang). Siklus tersebut terus dilakukan untuk mendapatkan hasil terbaik. Salah satu contohnya pada perakitan produk pertama MAB adalah MAB-MD12E.

Prabowo menceritakan, para pendiri MAB pada 2016 melakukan aksi kreatif dengan mencari ilmu sebanyak mungkin dari berbagai negara sehingga pada tahun sama, lahirlah prototipe pertama. Setelah mengkaji ulang, didapati banyak kekurangan dari produk pertamanya sehingga kembali melakukan inovasi.

Setahun berselang, lahirlah prototipe kedua yang didesain dengan sasis monokok (monocoque chassis) yang dianggap lebih ringan dan daya muat lebih baik. Namun, masih terdapat kekurangan, seperti berat kendaraan yang kurang dari persyaratan manajemen dan efisiensi energi masih standar.

Selanjutnya pada 2018, prototipe ketiga lahir dengan tetap memakai sasis monokok, struktur badan bus alumunium, berat memenuhi syarat, dan daya muat lebih baik dari versi sebelumnya. Sayangnya, efisiensi energi masih kurang mumpuni. Meski begitu, kendaraan tersebut menjadi bus yang pertama mendapatkan sertifikat uji tipe di Indonesia.

Lalu tahun 2019, diproduksilah MAB-MD12E dengan penyempurnaan-penyempurnaan dari versi pendahulunya. Produk berbahan dasar sasis monokok, berat kendaraan berkurang, daya muat tetap sama, dan efisiensi energi lebih baik. Produk ini merupakan bus listrik lokal pertama di Indonesia.

Sponsored

Meski sudah terbilang cukup baik, MAB menyadari produknya belum sempurna. Oleh karena itu, kembali berinovasi berkaitan dengan kapasitas baterai yang ditambah untuk mendapatkan jarak tempuh lebih baik. Kemudian, bus ditambahkan transmisi guna meminimalkan berat bus yang bertambah akibat dari penambahan kapasitas baterai.

“Dan ini unik karena belum pernah ada di dunia bus listrik yang menggunakan transmisi,” jelasnya.

Lantaran telah menggunakan transmisi, bus dapat memakai motor yang lebih kecil dan ringan. Semua inovasi itu berdampak pada jarak tempuh yang bertambah, efisiensi energi yang optimal, fleksibilitas operasi baik stop and go maupun di jalan tol, dan bobot berkurang sehingga daya muat dapat lebih maksimal.

Disebutkan Prabowo, KBLBB kini terkendala dalam beberapa hal, seperti waktu pengisian daya yang lambat, kemudian harga yang mahal, kebutuhan tempat pengisian daya saat perjalanan jarak jauh, kompatibilitas antara kendaraan dan berbagai sistem pengisian daya, serta pemanfaatan lain dari kapasitas baterai.

Karenanya, dia berharap, terdapat cabang ilmu yang berfokus mendalami electric vehicle (EV). Harapannya, Indonesia dapat terus berkarya memanfaatkan produk lokal dengan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

Berita Lainnya
×
tekid