Mencari solusi penurunan harga tiket pesawat
Harga tiket pesawat yang terus naik mendatangkan keluhan dari masyarakat. Namun, belum ada solusi untuk hal ini.
Inflasi dan penurunan wisatawan
Dampak lonjakan harga tiket pesawat terekam dari data-data Badan Pusat Statistik (BPS). BPS mencatat, harga tiket yang mahal membuat jumlah penumpang angkutan udara domestik Maret 2019 menurun sebesar 6,03 juta atau turun 21,94% dari Maret 2018 sebanyak 7,73 penumpang.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan penurunan jumlah penumpang ini dipicu oleh kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi sejak 2018. "Penyebab penurunan jumlah penumpang angkutan udara domestik adalah harga tiket yang masih tinggi," ujad dia saat konferensi pers di kantornya di Jakarta, Senin (6/5).
Sejalan dengan penurunan penumpang, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia per Maret 2019 mengalami penurunan sebesar 1,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. BPS mencatat kunjungan wisman per Maret 2018 mencapai 1,36 juta, sedangkan Maret 2019 hanya mencapai 1,34 kunjungan.
Selain itu, kenaikan tarif pesawat juga menyebabkan tingkat hunian kamar hotel yang merosot sepanjang Januari hingga Maret 2019. BPS mencatat tingkat hunian (okupansi) kamar hotel berbintang pada Maret 2019 hanya mencapai rata-rata 52,89% atau turun 4,21 poin dibandingkan Maret 2018 yang mencapai 57,1%.
"Penurunan tingkat hunian kamar hotel ini tidak hanya berasal dari wisatawan mancanegara tetapi juga dari turis domestik," ucap Suhariyanto.
Sementara itu, BPS juga mencatat kenaikan tarif angkutan udara yang terus terjadi hingga bulan lalu menyebabkan inflasi April 2019 yang mencapai 0,44%.
Mengutip data BPS, andil kenaikan tingkat pesawat terhadap inflasi April 2019 ialah sebesar 0,03% dari total inflasi tahunan sebesar 2,83%. Sementara harga tiket pesawat menyumbangkan pengaruh sebesar 0,31%. "Kenaikan harga tiket pesawat hampir 11%. Untuk itu, perlu mendapat perhatian karena berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Penumpang pesawat global menurun
Sebetulnya, bisnis penerbangan yang lesu tidak hanya terjadi di dalam negeri. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyatakan permintaan penumpang angkutan udara global hanya naik 3,1% pada Maret 2019 dibandingkan bulan yang sama pada 2018.
“Pertumbuhan tersebut merupakan laju paling lambat untuk setiap bulan dalam sembilan tahun,” kata Direktur Jenderal dan CEO IATA Alexandre de Juniac, dikutip dari Antara, Kamis (9/5).
Dia memperingatkan, kondisi ekonomi dunia sedang tidak menguntungkan. Di pasar penumpang internasional, lalu lintas maskapai penerbangan Asia-Pasifik naik 2,0% pada Maret dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, turun dari pertumbuhan bulan lalu yang mencapai empat persen.
Sementara, permintaan di pasar Eropa pada Maret 2019 hanya naik 4,7% dibandingkan Maret 2018, turun dari pertumbuhan tahunan 7,5% pada Februari 2019. IATA mengatakan kondisi itu s mencerminkan jatuhnya kepercayaan bisnis di zona euro dan ketidakpastian yang berkelanjutan tentang Brexit.
Maskapai Amerika Utara membukukan kenaikan lalu lintas 3,0% pada Maret dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun turun sedikit dari pertumbuhan tahun ke tahun 4,2% pada Februari 2019.
Industri penerbangan merupakan sektor bisnis yang membutuhkan investasi besar. Di sisi lain, pelayanan kepada konsumen dan keselamatan penumpang tetap harus diutamakan. Upaya memangkas tarif pesawat bisa membunuh maskapai perlahan-lahan. Namun, membiarkan konsumen menjerit pun bukan hal yang bijak. Perlu solusi segera.