close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ekerja membungkus bubuk olahan jamu temulawak di Pengantigan, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (4/3/2020). Foto Antara
icon caption
ekerja membungkus bubuk olahan jamu temulawak di Pengantigan, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (4/3/2020). Foto Antara
Bisnis
Kamis, 25 Juni 2020 15:00

Pemerintah bidik temu kunci dan temulawak jadi komoditas ekspor

Komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia masih didominasi oleh tanaman seperti cengkih sebesar 16%, kayu manis 12%, dan vanila 10%.
swipe

Indonesia memiliki potensi komoditas rempah-rempah yang banyak dan beragam. Hanya saja, belum semua memiliki tempat di pasar domestik maupun internasional, misalnya saja untuk rempah-rempah jenis temu kunci dan temulawak.

Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kementerian Perdagangan Olvy Andrianita mengatakan, dua komoditas tersebut memiliki potensi yang besar dan sangat mudah dibudidayakan di dalam negeri. Apalagi manfaatnya tak kalah dengan rempah lainnya.

"Rempah-rempah yang memiliki potensi namun belum dikembangkan adalah temu kunci. Sangat mudah dikembangkan, namun belum populer. Kemudian juga temulawak. Itu juga jagoan Indonesia," katanya dalam konferensi video, Kamis (25/6).

Olvy memaparkan, saat ini komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia masih didominasi oleh tanaman seperti cengkih sebesar 16%, kayu manis 12%, vanila 10%, dan pala 10%.

Untuk itu, pemerintah sedang memikirkan melakukan diversifikasi produk ekspor dan diversifikasi negara tujuan ekspor, agar komoditas dalam negeri dapat memiliki pasar yang lebih luas di dunia.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan mengampanyekan manfaat dari tanaman rempah-rempah tersebut bagi kesehatan. "Kita bisa jadikan temulawak ini menjadi suatu tips (kesehatan). Ini yang perlu kita gali," ujarnya.

Namun, menurut Olvy komoditas yang akan diekspor nantinya bukan lagi berbentuk bahan mentah, namun berupa bahan olahan yang memiliki nilai lebih, sehingga nilai jualnya pun lebih besar dan kontribusi terhadap pendapatan negara tinggi.

"Kita masih menjual raw material, belum mempunyai nilai lebih," ucapnya.

Di samping itu, agar nilai komoditas Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, pemerintah harus mengikuti ketentuan dari setiap negara importir. Misalnya tidak menggunakan insektisida dalam pembiakan tanaman atau metode tanam yang lebih organik.

"Beberapa negara melakukan pengetatan untuk penggunaan insektisida sehingga produksi rempah-rempah yang diproduksi Indonesia harus complied dengan regulasi yang ditentukan negara tujuan," tuturnya.

Saat ini, pemerintah pun mencoba mencari pasar baru di luar pasar utama tujuan ekspor Indonesia seperti ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Eropa Timur, dan Rusia.

Sementara itu, negara tujuan ekspor utama rempah-rempah Indonesia pada 2019 masih didominasi oleh Amerika Serikat (AS) sebesar US$144,62 juta, India US$100 juta, dan Vietnam US$90,25 juta.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan