sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Prospek suram emiten properti saat dan setelah pandemi

Pada kuartal kedua, penjualan diprediksi bakal lebih buruk dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 15 Mei 2020 18:25 WIB
Prospek suram emiten properti saat dan setelah pandemi

Pandemi Covid-19 telah membuat bisnis properti nelangsa. Tidak ada jaminan usai pandemi Covid-19 ini berlalu bisnis properti kembali menggeliat. Tanpa relaksasi dari pemerintah, prospek bisnis properti pada tahun ini suram.  

Akibat Covid-19 pembangunan properti macet, pengiriman proyek terlambat, dan pembayaran pinjaman tersendat. Terakhir, pembayaran utang pengembang serta nasabah KPR ke bank juga tertunda. 

Kendati situasi berangsur-angsur normal, bakal terjadi kondisi pembeli menunda atau membatalkan pembelian properti. Artinya pada kuartal kedua penjualan diprediksi bakal lebih buruk dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Krisis ekonomi karena Covid-19 pun telah menarik kepercayaan pembeli ke level terendah dalam membuat keputusan membeli properti. "Orang yang membeli rumah untuk investasi sudah hampir tidak ada. Pengembang properti sekarang lebih ke arah menjaga apa yang ada saat ini," kata Sekretaris Jenderal Apindo Eddy Hussy. 

Imbasnya prospek saham perusahaan properti bakal suram.

"Saat pandemi kebutuhan pokok jadi prioritas. Orang tak buru-buru beli rumah dan yang terjadi marketing sales perusahaan peroperti turun," kata Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee. 

Analis Samuel Sekuritas Ilham Akbar Muhammad dalam risetnya pun memprediksi hal yang sama.

Turunnya produktivitas dan perubahan perilaku ekonomi masyarakat yang menjadi lebih defensif berdampak negatif pada kinerja marketing sales emiten properti saat ini.

Sponsored

"Kami memperkirakan dampak penurunan dapat berkisar 10%-25%," kata Ilham.  

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) menjadi emiten yang paling terdampak negatif, mengingat penurunan marketing sales sudah terjadi sejak 2019. 

Lalu untuk PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang memiliki eksposur besar pada produk low-segment dapat terekspos risiko menurunnya daya beli masyarakat yang bergerak di sektor informal.

Sementara itu, besarnya porsi cash intallment pada marketing sales PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang kontribusinya sebesar 51% pada 2018 dan 58% pada 2019, dapat mengalami risiko tersendatnya arus kas pembayaran konsumen. 

Menurut Ilham, hal ini disebabkan oleh besarnya kontribusi profil konsumen yang memiliki pendapatan tidak tetap pada penjualan direct installment.

Meski begitu, pasar properti domestik bukan mustahil bisa bangkit kembali. Asalkan dibantu kombinasi dukungan kebijakan negara dan insentif, saat roda ekonomi mulai berputar maka penjualan properti kembali menggeliat. 

Batasi belanja modal 

Saat ini, pengembang berupaya untuk bertahan di tengah guncangan ekonomi. ASRI misalnya membatasi pembelajaan belanja modal untuk menjaga arus kas perusahaan. 

Sekretaris Perusahaan Alam Sutera Realty (ASRI), Tony Rudiyanto melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) belum lama ini menyampaikan aktivitas marketing sales perusahaan di bulan Januari dan Februari 2020 masih berjalan stabil.

"Namun, pada bulan Maret, marketing sales menunjukkan perlambatan," kata Tony. 

PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) turut terdampak susutnya penjualan dan penagihan yang menjadi lebih lambat.

Meski begitu Direktur Utama Triniti Ishak Chandra yakin pandemi ini tidak berdampak pada kelangsungan perusahaan. Sepanjang perusahaan dijalankan dengan lebih hati-hati dan didukung oleh semua pihak termasuk pemerintah dan perbankan.

Berita Lainnya
×
tekid