sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Proyek infrastruktur jalan tol dinilai kurang efektif

Ongkos logistik akan turun jika barang-barang diangkut lewat laut.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Kamis, 14 Feb 2019 19:49 WIB
 Proyek infrastruktur jalan tol dinilai kurang efektif

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai, proyek infrastruktur jalan tol yang dibanggakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang efektif menekan biaya logistik secara nasional. 

Menurutnya, ongkos logistik akan turun jika barang-barang diangkut lewat laut. Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Oleh karena itu, transportasi laut seharusnya lebih diperkuat.

"Kenapa mahal? Karena semua diangkut truk, melewati tol dan biaya tol mahal. Truk itu cuma 10 ton. Jadi ongkos angkut per kilogram mahal banget," katanya dalam diskusi bertajuk Pemanasan Debat Capres Kedua: Tawaran INDEF untuk Agenda Strategis Pembangunan SDA dan Infrastruktur di ITS Tower, Jakarta, Kamis (14/2).

Menurutnya, proyek infrastruktur jalan tol bukan berarti tidak relevan, hanya saja lebih baik jika mengedepankan pembangunan infrastruktur berbasis maritim.

Kapal laut bisa membawa muatan yang lebih banyak. Selain itu, bisa menjangkau ke berbagai kepulauan di Indonesia. "Kalau negara maritim itu kan banyak pulau. Kita bisa mempersatukan Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan segala macam," kata dia.

Faisal mengaku, telah mengamati dan menemukan beberapa indikator kemahalan logistik. Salah satunya, harga duku di sebuah minimarket Malang pada 2018 seharga Rp 49.950/kg. Padahal, di tempat asalnya Pontianak, saat panen hanya Rp 5.000/kg.

Selain itu, buah-buah lokal itu juga lebih mahal dibanding dengan buah impor. Sebab, buah impor diangkut lewat kapal yang ongkos logistiknya jadi murah.

"Mangga dari Brazil, jeruk dari China diangkut pakai kapal 20 ribu ton sekali angkut. Maka ongkosnya nol bisa dibilang," jelasnya,

Sponsored

Di sisi lain, proyek tol laut yang dikembangkan Jokowi mempergunakan konsep yang salah. Tol laut yang dikembangkan tidak mengubah penggunaan transportasi darat ke laut. Artinya, pemerintah hanya memperbanyak jumlah kapal laut untuk mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain. Padahal seharusnya, konsep tol laut itu merubah penggunaan transportasi dari jalur darat ke laut.

Sementara, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menilai keberadaan infrastruktur diperlukan untuk mempermudah distribusi logistik di seluruh pelosok daerah.

"Logistik ini salah satu hal vital yang memengaruhi kesejahteraan, baik bahan pangan seperti sembako maupun kebutuhan lainnya. Mahal atau tidaknya logistik salah satunya ditentukan dari biaya kirim, makanya butuh pembangunan infrastruktur yang tepat," katanya ketika membuka diskusi Menjelang Debat Capres Kedua di Jakarta, Kamis.

Airlangga menilai pembangunan infrastruktur yang dilakukan Pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah tepat arahnya, sebab proses distribusi logistik ke daerah kini lebih lancar.

"Ini adalah proses jangka panjang, jadi dampaknya adalah untuk masa depan, tidak bisa langsung dinilai saat ini juga," katanya, yang juga menjabat Menteri Perindustrian itu.

Porsinya sebagai Ketua Umum Golkar adalah memiliki misi mewujudkan harga sembako murah, oleh karena itu dengan adanya pembangunan jalan tol di darat dan juga tol laut dinilai akan bisa mewujudkan misi tersebut.

Ia juga berpendapat pembangunan infrastruktur besar-besaran saat ini dari Aceh hingga Papua sudah diperhitungkan dengan matang, dampak yang timbul nantinya akan bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.

Efisiensi yang dicapai dari infrastruktur untuk mendorong sektor pangan, menurut Airlangga, akan ada dua hal yang dirugikan jika tidak efisien, pertama adalah dari sisi petani sendiri, kedua konsumen secara langsung.

"Kalau ini mendorong pangan, nanti yang diuntungkan juga para petani kok, juga konsumen untung, begitu pula misalnya sebaliknya," katanya.  (ant)
 

Berita Lainnya
×
tekid