sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PTBA kecipratan untung saat Inalum akuisisi Freeport

Bukit Asam (PTBA), mengaku kecipratan untung saat induk usahanya, Inalum mengakuisisi saham Freeport Indonesia.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Selasa, 24 Jul 2018 01:33 WIB
PTBA kecipratan untung saat Inalum akuisisi Freeport

Bukit Asam (PTBA), mengaku kecipratan untung saat induk usahanya, Inalum mengakuisisi saham Freeport Indonesia.

Manajemen PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk., mengakui pinjaman yang dilakukan oleh holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) tidak akan membebani keuangan grup, termasuk PTBA.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan, divestasi 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) dari Freeport McMoran dan Rio Tinto Group menggunakan dana pinjaman perbankan. Namun, pinjaman itu dipastikan tidak akan membebani keuangan perseroan. 

Dia justru menilai, terdapat sejumlah keuntungan yang didapatkan oleh emiten pelat merah sebagai anak usaha Inalum. Terutama transfer teknologi pada sektor pertambangan yang belum dimiliki oleh PTBA.

Bagi PTBA yang selama ini lini bisnis utamanya adalah tambang batu bara, dapat memanfaatkan momentum pengambilalihan 51% saham PTFI untuk belajar mengembangan industri pertambangan langsung dari Freeport sebagai ahli pertambangan emas dan tembaga.

"Kami bisa belajar bagaimana membuat tambang sedalam 600 kilometer (km) dan mau 1.000 km, kalau teknologi itu sudah dapat nanti bisa dipakai untuk membangun tambang yang dalam," kata  Arviyan di Ritz Carlton Hotel, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Senin (23/7).

Dia juga menjelaskan dengan kondisi keuangan perusahaan yang baik seperti saat ini, PTBA mengklaim bisa saja membeli Freeport Indonesia sendiri.

Hanya saja, karena holding yang harus melakukan akuisisi Freeport, maka PTBA membantu menjaga likuiditas holding tambang dengan menjaga keuangan perusahaan.

Sponsored

Proyeksi PTBA

Sementara itu, Arviyan menuturkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam menetapkan penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri (domestic market obligation/DMO), sebesar 25% diproyeksi mempengaruhi laba bersih perseroan.

"Saya akui memang ada efek dari DMO yang memang mulai berlaku di akhir Maret. Tapi kami punya strategi untuk bagaimana pencapaian semester II nanti tidak berpengaruh banyak terhadap kebijakan DMO ini. Nanti Akan diatur oleh ESDM yaitu aturan transfer kuota," tuturnya.

Emiten pelat merah bersandi saham PTBA itu juga bisa menjual batu bara ke perusahaan yang belum memenuhi DMO. Selain itu, proses transfer kuota batu bara diharapkan bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan hingga ke depan.

"Perusahaan bisa menjual kelebihan kewajiban DMO dengan harga yang ada di pasar. Artinya, tidak mengikuti aturan pemerintah yang mengharuskan menjual batu bara maksimal sebesar US$70 per ton," jelas Arviyan.

Kendati demikian, Arviyan belum merinci keuntungan pendapatan jika adanya kebijakan transfer kuota. Namun, pihaknya menargetkan penjualan hingga tahun ini bisa meningkat 10% atau sebesar 2,25 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 23,63 juta ton. 
 

Berita Lainnya
×
tekid