sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Saat rokok dan harga beras jadi penyebab kemiskinan

Hingga saat ini, angka garis kemiskinan ditentukan sebesar 73,48% dari pergerakan harga bahan pangan.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Senin, 30 Jul 2018 19:49 WIB
Saat rokok dan harga beras jadi penyebab kemiskinan

Pemerintah menyatakan harga beras dan konsumsi rokok yang terus meningkat menjadi faktor penyebab kemiskinan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan pengurangan angka kemiskinan akan mengalami tantangan berat jika harga bahan pangan tidak bisa dikendalikan.

“Salah satu yang kita hadapi pada Maret ini kenaikan harga beras yang cukup tinggi. Ini perlu menjadi catatan karena fluktuasi harga beras akan berpengaruh besar kepada kemiskinan karena persentase pengaruh beras daripada kemiskinan itu cukup besar,” kata Suhariyanto dalam forum diskusi Fakta Penurunan Angka Kemiskinan di Jakarta, Senin (30/7).

Suhariyanto juga mengatakan hingga saat ini garis kemiskinan ditentukan sebesar 73,48% dari pergerakan harga bahan pangan. Menurut dia, beras menjadi faktor pertama dalam kenaikan tingkat kemiskinan, kemudian disusul dengan konsumsi rokok yang masih tinggi terutama oleh penduduk miskin.

“Artinya seluruh pemegang kebijakan harus memperhatikan stabilisasi harga pangan, harus betul dijaga. Jangan sampai harga kebutuhan pokok itu meningkat,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan konsumsi rokok menyumbang 10% terhadap angka kemiskinan di masyarakat perkotaan dan 11% bagi penduduk desa. Artinya, misalkan satu orang dalam keluarga miskin merokok, pendapatannya akan berkurang sebesar 11%.

Suhariyanto mengungkapkan meskipun angka kemiskinan sudah mencapai satu digit atau 9,82% dari seluruh penduduk Indonesia, namun masih banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah.

Pertama, ketimpangan kemisikinan antara desa dan kota, persentase kemiskinan di kota hanya 7,02% sementara di desa 13,20%  atau hampir dua kali lipatnya.

“Dari sini kita bisa ambil kesimpulam kalau pusat kemiskinan ada di desa dan itu perlu menjadi sebuah perhatian,” katanya.

Sponsored

Kedua, masih ada disparitas kemiskinan antar provinsi. Dia menyebutkan tingkat kemiskinan di Papua Barat masih tinggi yakni sebesar 27,74%. Hal serupa juga terjadi di Indonesia bagian timur.

Sementara, Bambang Brodjonegoro mengatakan dalam setahun terakhir telah terjadi penurunan angka kemiskinan 1,82 juta jiwa. Dari angka tersebut penurunan angka kemiskinan di pedesaaan sebesar 1,3 juta jiwa dan sisanya di perkotaan. Hal itu disebut Bambang sebagai perbaikan. 

Sementara, Bambang mengatakan untuk menjaga angka kemiskinan tetap rendah, maka Indonesia harus bebas dari krisis ekonomi. Dia menyebut saat ini kemiskinan masih sulit ditekan karena inflasi terus terjadi. Ke depan, pemerintah akan fokus mengurangi inflasi di berbagai daerah.

“Kami juga akan fokus untuk mendorong masyarakat dengan income rendah bisa punya daya beli, di antaranya dengan memberi bantuan sosial,” pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid