sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Terlemah dalam 20 tahun, Rupiah diramal tembus Rp15.000 per dollar AS

Kurs rupiah diramal bakal menembus level terlemah dalam 20 tahun terakhir sejak krisis ekonomi 1998 menembus level psikologis Rp15.000/US$.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Senin, 03 Sep 2018 18:15 WIB
Terlemah dalam 20 tahun, Rupiah diramal tembus Rp15.000 per dollar AS

Kurs rupiah diramal bakal menembus level terlemah dalam 20 tahun terakhir sejak krisis ekonomi 1998 menembus level psikologis Rp15.000 per dollar Amerika Serikat.

Nilai tukar rupiah menembus level terlemah sejak 1998 pada Senin (3/9) ke level Rp14.782 per dollar AS. Bahkan, di pasar spot seperti dikutip Bloomberg, rupiah telah menembus Rp14.815 per dollar AS.

Rupiah ditutup terdepresiasi 0,71% sebesar 105 poin dari hari sebelumnya Rp14.710 per dollar AS. Bahkan, rupiah sempat menyentuh level terlemah Rp14.821 per dollar AS, terburuk sejak krisis ekonomi 1998.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada menterinya agar kurs rupiah tidak mengganggu jalannya bisnis di Indonesia. 

Pelemahan rupiah yang terjadi hari ini, merupakan depresiasi rupiah paling dalam selama 20 tahun terakhir. Oleh karena itu, kata dia, Presiden Jokowi lebih menekankan agar para menterinya untuk mengkomunikasikan kebijakannya kepada masyarakat luas. 

"Jangan sampai udah melakukan sesuatu (jajaran kabinet), masyarakat bilang belum. Komunikasinya bagaimana? Selain komunikasi juga monitoringnya," kata Darmin, Senin (3/9). 

Selain membahas rupiah, dalam rapat terbatas yang digelar di Istana hari ini, dibahas juga membahas mengenai ekspor batubara, devisa hasil ekspor (DHE), kebijakan biodiesel 20% (B20), dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 

Meski kebijakan tersebut dijalankan oleh pemerintah, kata dia, belum terlihat perhitungannya terhadap penerimaan negara. 

Sponsored

"Enggak semua perhitungannya sudah keluar. Akumulasi secara keseluruhan belum. Karena TKDN masih susah, karena tidak pernah kelembagaannya selama ini belum dibangun untuk meng-enforce dan monitoring-nya," jelasnya. 

Sementara itu, dilansir dari Bloomberg, Direktur Operasional Rakuten Sekuritas di Sydney, Nick Twidale menjelaskan rupiah bisa menembus level Rp15.000 per dollar AS, untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan Asia pada 1998. 

Selain karena defisit neraca perdagangan dan ketergantungan negara pada impor minyak, depresiasi rupiah juga rentan adanya aksi jual investor asing di negara berkembang akibat dipicu oleh gejolak keuangan di Turki dan Argentina.

Dia menilai, investor akan mengawasi Bank Indonesia lebih rinci langkah yang akan diambil berikutnya. Sebab, kenaikan suku bunga acuan hanya menjadi ganjalan sementara bagi depresiasi rupiah. 

Sementara itu, Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik Oanda Crop di Singapura Stephen Innes, mengatakan BI juga sudah menaikkan suku bunga acuan empat kali sejak Mei 2018. 

Transaksi perdagangan yang defisit dan ketergantungan Indonesia akan impor minyak disebut oleh Stephen sebagai salah satu pemicu melemahnya rupiah. 

"Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga empat kali sejak Mei, karena berusaha untuk mengantisipasi gejolak rupiah," jelas Stephen. 

Senada, Analis FXTM Lukman Otunuga menyampaikan, pelemahan rupiah terhadap dollar AS mencapai level terendah selama lebih dari 20 tahun belakangan. 

Selain itu, kata dia, gejolak Turki dan Argentina sangat membebani mata uang negara emerging lainnya. Meskipun BI melakukan intervensi dalam valuta asing pagi ini untuk menguatkan rupiah, kekuatan eksternal dapat menghalangi upaya bank sentral untuk melindungi mata uang rupiah. 

"Dengan ketegangan perdagangan AS-China, dollar AS yang stabil dan spekulasi suku bunga AS yang semakin tinggi, mengurangi daya tarik mata uang negara emerging market. Rupiah juga bisa mengalami kerugian itu," jelas Lukman. 

Apakah bank sentral Indonesia akan dipaksa menaikkan suku bunga lagi tahun ini untuk mempertahankan Rupiah? Ini adalah pertanyaan di benak banyak investor. 

 
Berita Lainnya
×
tekid