sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Krisis air terburuk dalam sejarah menghantui India

Krisis air terburuk dalam sejarah yang membayangi India, mengancam ratusan juta jiwa dan membahayakan pertumbuhan ekonomi.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 05 Jul 2018 11:43 WIB
Krisis air terburuk dalam sejarah menghantui India

Lemahnya infrastruktur dan kekurangan nasional telah membuat air jadi barang mahal di seluruh penjuru India. Sushila Devi, yang tinggal di Wazirpur, New Delhi, merasakan betul derita ini, karena demi air, suami dan anak laki-lakinya tewas.

"Mereka meninggal karena persoalan air, bukan masalah lain," kata Devi (40), saat mengisahkan bagaimana suami dan putranya meninggal akibat perkelahian di atas mobil yang mengangkut tangki berisi air minum bersih pada Maret lalu. Demikian seperti dikutip dari Straits Times, Kamis (5/7).

Kematian suami dan putra Devi memaksa pihak berwenang untuk menyuplai air ke wilayah kumuh yang dihuninya hingga akhirnya sebuah sumur pun dibor.

"Sekarang keadaannya lebih baik. Namun sebelumnya ... air biasanya berkarat, kita bahkan tidak bisa mencuci tangan atau kaki dengan air seperti itu," tutur Devi kepada Thomson Reuters Foundation di Delhi.

India "menderita krisis air terburuk dalam sejarahnya", mengancam ratusan juta jiwa dan membahayakan pertumbuhan ekonomi, ungkap laporan think tank pemerintah pada Juni lalu.

Dari Himalaya utara hingga wilayah pantai di selatan, 600 juta orang (hampir separuh penduduk India) menghadapi kekurangan air akut. Hampir 200 ribu orang meninggal setiap tahunnya karena air yang tercemar.

Warga seperti Devi, mengantre setiap hari untuk mendapatkan air dari mobil tangki. Peristiwa tersebut kerap diwarna dengan aksi saling sikut, saling dorong, bahkan saling tinju.

Kadang-kadang air mengalir dari keran, namun kerap kali kotor. Menurut para ahli, fakta ini memicu penyakit, infeksi, cacat, bahkan kematian. 

Sponsored

"Air seperti itu racun," tegas Devi, yang masih mengandalkan kedatangan mobil tangki untuk mendapat air minum.

"Namun sekarang lebih baik, meski tetap tidak bisa diminum sepenuhnya. Untuk dipakai mandi dan cuci piring tidak apa-apa," imbuhnya.

Pencemaran air adalah tantangan utama, menurup laporan think tank tersebut, hampir 70% air di India terkontaminasi. Hal tersebut berdampak pada tiga dari empat orang di India dan menyumbang 20% dari beban penyakit di Negeri Hindustan.

Hanya sepertiga dari air limbah yang saat ini ditangani, dengan kata lain, mayoritas aliran limbah mentah mengalir ke sungai, danau, telaga hingga akhirnya menuju ke air tanah.

"Air permukaan kami terkontaminasi, air tanah kami terkontaminasi. Di mana-mana air terkontaminasi karena kami tidak mengelola limbah padat dengan benar," ungkap penulis laporan itu, Avinash Mishra.

Mengancam Kehidupan

Laporan yang sama menyebutkan bahwa ekstraksi yang tidak terkendali oleh petani dan golongan kaya telah menyebabkan tingkat air tanah turun ke level terendah.

Diprediksi bahwa 21 kota besar, termasuk New Delhi dan Bengaluru, akan kehabisan air tanah pada tahun 2020, memengaruhi 100 juta orang.

Kepala lembaga swadaya masyarakat WaterAid India VK Madhavan mengatakan bahwa air tanah negara itu saat ini sangat terkontaminasi dengan bahan kimia yang terkait dengan kanker.

"Kami bergulat dengan sejumlah masalah, dengan area yang terkontaminasi arsenik, flourida, salinitas, nitrat," jelas Madhavan.

Arsenik dan fluorida terbentuk secara alami di air tanah, tetapi menjadi lebih terkonsentrasi karena air menjadi lebih langka. Adapun nitrat berasal dari pupuk, pestisida, dan limbah industri lainnya yang telah meresap ke dalam pasokan air tanah.

Madhavan melanjutkan, tingkat bahan kimia di dalam air sangat tinggi. Dan kontaminasi bakteri yang memicu penyakit seperti diare, kolera, dan tifoid berada pada urutan kedua masalah.

"Kualitas air yang buruk mengancam kehidupan. Anda akan jatuh sakit karena tidak memiliki akses ke air minum yang aman ... dan beban terbesar ada pada orang miskin," terang Madhavan.

Persoalan air yang melumpuhkan dapat memangkas 6% dari produk domestik bruto India, menurut laporan think tank pemerintah, Niti Aayog.

"Ada 6% dari PDB yang sangat tergantung pada air. Industri kita, keamanan pangan kita, semuanya akan dipertaruhkan," kata Jai Mishra dari Niti Aayog.

Mishra memperingatkan bahwa pada 2030, pasokan air India akan menjadi setengah dari permintaan.

Untuk mengatasi krisis, yang diprediksi akan memburuk, pemerintah telah mendesak negara-negara (bagian) yang bertanggung jawab memasok air, memprioritaskan pengolahan air limbah demi menjembatani kesenjangan pasokan dan permintaan. 

Saat ini, hanya 70% negara bagian di India yang mengolah kurang dari setengah dari air limbah mereka.

Setiap tahunnya, dua kota utama di India, yakni Bengaluru dan New Delhi menjadi pusat pemberitaan global terkait dengan pencemaran air.

Berita Lainnya
×
tekid