sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Facebook blokir akun putra PM Israel terkait komentar anti-Islam

Dalam sebuah unggahan di laman Facebook-nya, putra PM Israel Benjamin Netanyahu menyerukan pengusiran orang-orang Palestina.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 17 Des 2018 16:51 WIB
Facebook blokir akun putra PM Israel terkait komentar anti-Islam

Facebook memblokir akun Yair Netanyahu, putra dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, setelah yang bersangkutan membagikan sejumlah konten terlarang, termasuk yang menyerukan agar "seluruh muslim meninggalkan" Israel.

Dalam sebuah unggahan di halaman Facebook-nya pada Kamis (13/12), Yair menyerukan pengusiran orang-orang Palestina. Seruan ini ditulisnya setelah terjadi gejolak kekerasan beberapa hari terakhir yang menyebabkan setidaknya lima warga Palestina dan tiga warga Israel tewas. 

"Apakah Anda tahu di mana tidak ada penyerangan? Di Islandia dan di Jepang, di mana secara kebetulan tidak ada muslim," tulis putra PM Israel itu.

Yair melontarkan komentar anti-muslim lainnya di unggahan berbeda. Dia menulis bahwa hanya ada dua solusi yang memungkinkan tercapainya perdamaian, yakni "semua orang Yahudi pergi (dari Israel) atau semua umat Islam yang pergi."

"Saya lebih suka opsi kedua," tambah pria berusia 27 tahun itu.

Yair selama ini kerap diprotes publik karena dinilai mengambil manfaat dari posisinya sebagai anak PM, termasuk tinggal di kediaman resmi PM dan beberapa hal lainnya. Padahal dia tidak memiliki peran resmi di pemerintahan.

Tidak lama setelahnya, Facebook menghapus seluruh unggahan Yair termasuk seruannya untuk membalas kematian dua tentara Israel.

Melalui akun Twitter-nya pada Minggu (16/12), Yair membagikan screenshot dari unggahan yang melanggar aturan komunitas Facebook tersebut, menyebut tindakan ini sebagai "kediktatoran pemikiran."

Sponsored

Menurut keterangan Yair, akibat unggahannya itu Facebook memblokir akunnya selama 24 jam.

Standar ganda media sosial

Para wartawan dan aktivis Palestina telah lama menuduh media sosial seperti Facebook atas standar ganda penegakan kebijakan mereka. Kritik bagi Facebook juga ditujukan atas ketidakseimbangan mereka dalam menangani penyensoran terkait konteks Israel-Palestina.

Tahun lalu, laporan dari The Intercept mengatakan bahwa Facebook menghapus konten dan memblokir pengguna atas perintah pemerintah Israel dan Amerika Serikat.

Pada Maret 2018, lusinan jurnalis Palestina berkumpul di luar kantor PBB di Gaza untuk memprotes tindakan Facebook yang memblokir akun warga Palestina, mengecamnya sebagai "pelanggaran besar atas kebebasan berpendapat dan berekspresi."

"Facebook memblokir sekitar 200 akun warga Palestina tahun lalu dan lebih dari 100 sejak awal tahun 2018, atas alasan palsu," ungkap Salama Maarouf, juru bicara kelompok Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza.

Saat itu, Maarouf mengatakan bahwa sekitar 20% akun Facebook warga Israel "secara terbuka mendorong kekerasan terhadap Palestina" tanpa menghadapi ancaman penutupan akun.

Pada April 2018, laporan oleh 7amleh, the Arab Centre for Social Media Advancement, mengatakan bahwa unit siber pemerintah Israel secara resmi menyatakan bahwa Facebook mengabulkan 85% dari permintaan mereka untuk menghapus konten, akun, dan laman terkait Palestina pada tahun 2017.

"Jenis pengawasan dan kontrol Israel atas konten digital Palestina di media sosial ini telah menjadi alat penangkapan massal dan pelanggaran HAM serta hak digital," kata laporan itu. (Al Jazeera)

Sumber : Al Jazeera

Berita Lainnya
×
tekid