sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Korea Selatan: Indonesia konsisten soal perdamaian Semenanjung Korea

Indonesia tidak hanya menjalin persahabatan dengan Korea Selatan, namun juga hubungan bilateral dengan Korea Utara.

Soraya Novika
Soraya Novika Selasa, 16 Okt 2018 09:28 WIB
Korea Selatan: Indonesia konsisten soal perdamaian Semenanjung Korea

Indonesia dinilai turut memainkan peran dalam proses perdamaian di Semenanjung Korea. Pasalnya, Indonesia tidak hanya bersahabat baik dengan Korea Selatan, melainkan juga mempunyai hubungan bilateral dengan Korea Utara hingga lebih dari 50 tahun lamanya.

Duta Besar Diplomasi Publik Korea Selatan Bahk Sahng-hoon melihat posisi Indonesia selama ini sudah cukup konsisten dalam mendukung proses damai dua Korea.

"Pemerintahan Indonesia sangat konsisten dalam mendukung proses damai Semenanjung Korea selama ini. Meskipun memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara namun sejak awal Korea Utara meluncurkan nuklir dan misil balistiknya, Indonesia senantiasa menentang hal tersebut. Saat ini, Indonesia juga senantiasa mendukung era perdamaian baru yang tengah diupayakan," ujar Bahk Sahng-hoon dalam acara Dialog Diplomasi Publik Indonesia-Korea di Kantin Diplomasi Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Senin (15/10).

Pemerintah Korea Selatan sangat mengapresiasi posisi Indonesia tersebut dan yakin Indonesia mampu memainkan perannya dengan baik dalam era perdamaian baru.

"Dalam hal itu kami sangat percaya bahwa Indonesia akan memainkan perannya dengan baik, terutama dalam menyampaikan pesan damai ini kepada Korea Utara, termasuk kepada komunitas internasional," imbuhnya.

Konsistensi peran tersebut diperjelas Indonesia melalui lawatan Presiden RI Joko Widodo ke Korea Selatan pada 10-11 September 2018. Salah satu tujuan utama kunjungan tersebut adalah untuk memberikan dukungan yang konsisten, terus-menerus kepada proses perdamaian Semenanjung Korea. 

Demikian pula, dalam kesempatan pembentukan kontigen gabungan kedua Korea yang dilaksanakan pada Asian Games XVII pada 18 Agustus-2 September lalu. Di sana, Presiden Jokowi kembali menyampaikan harapan Indonesia untuk perkembangan positif hubungan kedua korea dan berharap dapat ditindaklanjuti sehingga stabilitas dan perdamaian dapat segera tercipta.

AS mainkan peran sentral 

Sponsored

Saat ini, Korea Selatan dan Korea Utara tengah mengupayakan perdamaian penuh. Menindaklanjuti hal tersebut, rencananya pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan kembali bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk kedua kalinya setelah pemilihan umum paruh waktu AS pada awal November 2018.

Pertemuan Kim Jong-un dan Trump diyakini akan membawa kemajuan untuk era perdamaian baru tersebut.

Menurut Bahk, kunci utama perdamaian tersebut tidak hanya berasal dari kedua Korea saja, melainkan AS yang juga punya peran sentral.

"Tentunya ketiga negara tersebut baik Korea Utara dan Korea Selatan juga AS merupakan kunci utama untuk proses perdamaian itu. Ketiganya saya yakini akan mencapai kesepakatan lanjutan bagi era perdamaian yang dicita-citakan tersebut," ungkapnya.

Saat dikonfirmasi soal perbedaan interpretasi antara Korea Selatan dan AS terkait proses perdamaian Semenanjung Korea, Bahk menegaskan bahwa posisi keduanya justru pada arah yang sama.

"Korea Selatan dan AS kini berada pada arah yang sama. Keduanya sepakat untuk membuat denuklirisasi Semenanjung Korea tercapai secara menyeluruh," timpalnya.

Bahk menambahkan bahwa Korea Selatan bahkan mendukung sanksi AS dan dunia yang diberlakukan terhadap Korea Utara.

"Untuk masalah sanksi, kami sepakat dengan AS. Posisi pemerintah Korea Selatan sangat teguh yaitu kami juga merasa bahwa kita butuh untuk mempertahankan sanksi tersebut agar dapat menjamin aksi nyata dari Korea Utara dalam menindaklanjuti proses perdamaian tersebut," tuturnya.

Meski kesepakatan era perdamaian baru telah menemui sedikit titik terang terutama setelah KTT Ketiga Korea Utara-Korea Selatan bulan lalu, akan tetapi Bahk belum bisa memastikan finalisasi kesepakatan ini.

"Faktanya, proses denuklirisasi saja akan memakan waktu yang panjang. Jadi, kita perlu bersabar. Namun, yang pasti proses perdamaian ini akan terus berjalan," pungkasnya.

Sebelum Korea Utara dan AS mengadakan KTT keduanya, kedua negara ini telah sepakat untuk lebih dulu melaksanakan 'working-level negotiations'yang bertujuan untuk merangkum waktu, lokasi serta pembahasan spesifik dari pertemuan tingkat tinggi yang akan datang. 

Para pihak berwenang dari kedua negara telah mengonfirmasi bahwa 'working-level negotiations' tersebut akan dipimpin oleh perwakilan khusus AS untuk Korea Utara Stephen Biegun dan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Sun-hui. Pertemuan negosiasi itu dijadwalkan akan berlangsung di Wina, Austria, dengan waktu yang belum disebutkan.

Berita Lainnya
×
tekid