sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Korea Utara izinkan inspektur internasional cek fasilitas nuklirnya?

Pyongyang telah menghentikan uji coba nuklir dan rudalnya satu tahun terakhir, selama pembicaraan damai dengan AS dan Korea Selatan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 01 Nov 2018 11:54 WIB
Korea Utara izinkan inspektur internasional cek fasilitas nuklirnya?

Korea Utara tengah bersiap untuk mengizinkan para inspektur internasional masuk ke situs nuklir Punggye-ri, tulis kantor berita Korea Selatan, Yonhap, pada Rabu (31/10). Informasi tersebut diperoleh dari seorang politikus Korea Selatan.

Pyongyang telah menghentikan uji coba nuklir dan rudalnya satu tahun terakhir, selama pembicaraan damai dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Pada Mei lalu, mereka mengundang wartawan asing untuk menyaksikan penghancuran situs Punggye-ri.

Namun, Korea Utara menolak untuk memungkinkan para ahli internasional mengamati penghancuran situs, yang merupakan tempat uji coba nuklir sebanyak enam kali. Penolakan Pyongyang ini menuai protes.

Dalam pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden Moon Jae-in September lalu, Pyongyang akhirnya setuju untuk mengizinkan inspektur asing memantau pembongkaran permanen fasilitas uji coba rudal yang mengarah pada penutupan kompleks nuklir utama Yongyon dengan imbalan tindakan timbal balik dari Amerika Serikat.

Berita tentang perubahan sikap Korea Utara itu datang dari Kim Min-ki, seorang politikus Partai Demokrat. Kepada wartawan dia mengatakan bahwa para pejabat intelijen telah mengamati apa yang mereka yakini sebagai persiapan untuk inspeksi di Punggye-ri dan lokasi peluncuran satelit Sohae.

"Badan Intelijen Nasional Korea Selatan mengamati warga Korea Utara melakukan persiapan dan kegiatan intelijen yang tampaknya tengah dipersiapkan untuk kunjungan para inspektur asing," kata Kim Min-ki seperti dilansir Reuters. 

Meski demikian tidak ada aktivitas mencolok di Yongbyon. 

Dibukanya Punggye-ri untuk inspeksi, jika memang dikonfirmasi, akan menandai upaya pembangunan kepercayaan menjelang pertemuan kedua antara Kim Jong-un dan Donald Trump. Tatap muka antara pemimpin Korea Utara dan Amerika Serikat itu diperkirakan akan berlangsung pada awal tahun depan.

Sponsored

Pyongyang dan Washington memiliki kekhawatiran terhadap satu sama lain. AS cemas Korea Utara akan mundur dari kesepakatan atas perlucutan senjata nuklirnya, sementara Korea Utara masih menanggung sanksi ekonomi dan akhir resmi Perang Korea yang belum jelas.

Washington telah berulang kali mengingatkan sekutu regionalnya tentang perlunya mempertahankan tekanan maksimum terhadap rezim Korea Utara agar negara itu menanggalkan senjata nuklirnya. Langkah tersebut bertentangan dengan dorongan dari Presiden Moon Jae-in untuk mempererat kerja sama ekonomi antara Seoul-Pyongyang.

Kedutaan AS di Seoul dilaporkan mengambil langkah tidak biasa dengan menghubungi sejumlah perusahaan Korea Selatan yang pemimpinnay ikut dalam kunjungan Presiden Moon Jae-in ke Pyongyang.

"Kedutaan Besar AS di Seoul diketahui telah secara langsung menelepon perusahaan-perusahaan tersbeut untuk melihat status proyek-proyek kerja sama yang didiskusikan selama kunjungan mereka ke Korea Utara," kata seorang pejabat dari Blue House kepada JoongAng Ilbo pada Selasa (30/10).

Eksekutif dari Samsung, Hyundai Motor, LG dan SK adalah di antara 17 perwakilan bisnis yang menemani Presiden Moon Jae-in dalam perjalanan tiga harinya ke Korea Utara.

Korea Utara kemungkinan akan bergantung pada investasi Korea Selatan untuk pembangunan ekonomi masa depannya.

"Tampaknya pemerintah AS ... sedang berusaha untuk menyinkronkan kecepatan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat dibanding negosiasi denuklirisasi Amerika Serikat dan Korea Utara," sebut sumber itu.

Telekonferensi pada akhir September lalu antara Kementerian Keuangan AS dan tujuh bank Korea Selatan atas penegakan sanksi juga dipandang sebagai tanda bahwa Washington gugup mendapati hubungan antar-Korea  membuat kemajuan lebih cepat dibanding pembicaraan denuklirisasi Pyongyang-Washington. (The Telegraph)

Berita Lainnya
×
tekid