sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Singapura hukum pelanggar praktik social distancing

Siapa pun yang dengan sengaja duduk atau berdiri kurang dari satu meter dari orang lain di tempat umum akan dianggap melakukan pelanggaran.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 27 Mar 2020 18:32 WIB
Singapura hukum pelanggar praktik social distancing

Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) pada Kamis (26/3) menyatakan bahwa orang yang tidak mempraktikkan social distancing dengan menjaga jarak satu meter di publik dapat dikenakan denda hingga US$6.985 atau dipenjara hingga enam bulan.

Siapa pun yang dengan sengaja duduk atau berdiri kurang dari satu meter dari orang lain di tempat umum akan dianggap melakukan pelanggaran.

Peraturan tersebut mulai berlaku sejak Jumat (27/3) pukul 00.00 waktu setempat dan akan diterapkan hingga 30 April.

Warga yang baru kembali dari luar negeri dan melanggar peraturan karantina mandiri selama 14 hari juga akan menghadapi ancaman denda, hukuman penjara, atau keduanya.

Singapura pertama kali mendeteksi kasus coronavirus jenis baru pada 23 Januari. Banyak ahli berpendapat, negara itu mampu mencegah terjadinya penularan massal berkat pengujian yang agresif, pelacakan jejak infeksi, dan aturan karantina yang ketat.

Jumlah kasus positif Covid-19 di Singapura mencapai 683, dua di antaranya meninggal dan 172 lainnya telah dinyatakan sembuh.

Pada Selasa (24/3), Singapura mengumumkan langkah-langkah yang lebih ketat untuk menahan penyebaran coronavirus, termasuk membatalkan acara berskala besar dan menetapkan bahwa pertemuan publik hanya boleh dihadiri maksimal 10 orang.

Bar, kelab, bioskop, dan tempat rekreasi lainnya telah ditutup hingga 30 April. Mal dan restoran diminta untuk membatasi pengunjung agar tidak terlalu ramai. Hingga kini, Singapura belum memberlakukan lockdown atau karantina wilayah skala nasional.

Sponsored

Rapid test

Jackie Ying, yang mengepalai NanoBio Lab di Singapura, dan timnya telah mengembangkan rapid test yang dapat mengetahui apakah seseorang terinfeksi Covid-19 hanya dalam lima menit. Jika disetujui MOH, ini akan menjadi uji kesehatan tercepat untuk mendeteksi penularan coronavirus jenis baru.

Ying dan timnya berharap, dalam waktu satu bulan, mereka dapat menyerahkan tes itu untuk menjalani proses persetujuan. Tes tersebut akan mendeteksi bahan genetik virus dalam sekresi atau lendir pasien.

Sampel sekresi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam perangkat yang hanya membutuhkan lima hingga 10 menit untuk memberikan hasil. Mereka menggunakan metode amplifikasi yang sangat cepat yang mereka beri nama "Cepat".

"Kami telah melakukan beberapa uji klinis awal di KK Women's and Children's Hospital dengan menggunakan sampel dari sejumlah pasien. Kami menemukan bahwa tes itu sangat akurat," kata Ying.

Ying dan timnya adalah salah satu dari banyak peneliti di seluruh dunia yang berlomba untuk mengembangkan tes yang dapat mengidentifikasi pasien yang terinfeksi Covid-19 jauh lebih cepat daripada tes laboratorium standar. Dia mengatakan, tantangannya adalah bagaimana mengembangkan tes yang cepat dan akurat tanpa menggunakan mesin yang mahal. (CNBC, Time, dan The Straits Times)

Berita Lainnya
×
tekid