sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Taliban larang anak perempuan bersekolah, ini sikap Indonesia

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah menyatakan Indonesia menyesalkan apa yang terjadi di Afghanistan.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Kamis, 24 Mar 2022 17:30 WIB
Taliban larang anak perempuan bersekolah, ini sikap Indonesia

Indonesia mengambil sikap terkait kabar terbaru di Afghanistan yang menyatakan kelompok militan Taliban melarang anak perempuan kembali ke sekolah. Larangan tersebut berlaku untuk sekolah menengah perempuan atau setingkat SMA.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah menyatakan Indonesia menyesalkan apa yang terjadi di Afghanistan. “Padahal pendidikan untuk anak perempuan itu sangat penting,” ujar Faizasyah dalam Jumpa Pers Virtual yang digelar Kementerian Luar Negeri terkait Presidensi G-20, Kamis (24/5).

Pernyataan senada juga dilontarkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam sebuah utas di Twitter. Retno menyatakan dirinya sangat prihatin dengan keputusan Taliban untuk menutup akses ke sekolah menengah untuk anak perempuan di Afghanistan. Padahal pendidikan adalah hak untuk semua orang, termasuk perempuan dan anak-anak perempuan yang akan membawa masa depan di Afghanistan.

Indonesia akan terus mempromosikan pemberdayaan perempuan, khususnya akses pendidikan bagi perempuan dan anak-anak perempuan di Afghanistan. Indonesia berharap Taliban dapat meninjau kembali keputusan ini.

Seperti diketahui Taliban kembali menutup sekolah-sekolah untuk perempuan hanya beberapa jam setelah resmi dibuka pada Rabu (23/3). Juru Bicara Taliban Inamullah Samangani membenarkan peristiwa penutupan kembali sekolah tersebut. Namun tidak menjelaskan secara detail alasannya. Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Pendidikan Aziz Ahmad Rayan menyebutkan mereka tidak berhak berkomentar.  

Seperti dilansir AFP, para siswa kembali ke sekolah untuk pertama kalinya sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu, dengan berlinang air mata mereka kemudian mengemasi barang-barang dan keluar. "Saya melihat murid-murid saya menangis dan enggan meninggalkan kelas," kata Palwasha, seorang guru di sekolah perempuan Omra Khan di Kabul.

Seperti diketahui ketika Taliban mengambil alih Kabul Agustus lalu, sekolah-sekolah ditutup karena pandemi Covid-19. Namun, dua bulan kemudian hanya anak-anak yang berada di kelompok umur lebih rendah yang diizinkan kembali ke sekolah, baik laki-laki maupun perempuan.

Ada kekhawatiran Taliban akan menutup semua pendidikan formal untuk anak perempuan, seperti yang mereka lakukan selama berkuasa dari 1996 hingga 2001. Masyarakat internasional bertindak mengecam hal ini. Salah satunya adalah dengan tawaran lembaga donor untuk membayar guru namun tidak berhasil. 

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid