sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Awas, obesitas mengancam orang dewasa dan anak-anak

Obesitas bisa diatasi dengan menjalankan gaya hidup berorientasi gizi seimbang.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Kamis, 14 Feb 2019 16:29 WIB
Awas, obesitas mengancam orang dewasa dan anak-anak

Serang anak-anak

Tak hanya orang dewasa, anak-anak dan balita pun rentan terkena obesitas. Kasus Arya bisa menjadi contoh. Meski menurut Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan angka obesitas pada anak-anak menurun dari 11,8% menjadi 8%, namun masalah kelebihan berat badan ini masih menghantui.

Kencenderungan itu dilatarbelakangi pandangan sebagian masyarakat yang menilai tubuh gemuk identik sehat. Ahli gizi dan nutrisi Rita Ramayulis mengatakan, pemahaman keliru sebagian masyarakat perlu diubah, dengan menjalankan gaya hidup berorientasi gizi seimbang. Perkembangan teknologi, menurut Rita, ikut menimbulkan pergeseran gaya hidup.

“Kita tengah mengalami pergeseran gaya hidup. Kemajuan teknologi misalnya, menjadikan penggunaan gawai dan alat elektronik lainnya makin sering. Akibatnya, aktivitas fisik dan energi yang dikeluarkan untuk bergerak semakin kecil,” kata Rita ketika dihubungi, Rabu (13/2).

Permasalahan tersebut mesti diatasi dengan tindakan aktif, yang bisa dimulai dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. Terlebih, kata Rita, orang tua atau orang yang lebih dewasa di dalam keluarga, biasanya menjadi panutan bagi anak-anak.

Menurut Rita, perubahan zaman ikut memengaruhi kebiasaan-kebiasaan yang cenderung berpotensi meningkatnya penyakit pada anak-anak. Belum lagi, tuntutan pelajaran di sekolah yang semakin tinggi membuat waktu bermain dan aktivitas di luar ruang kelas menjadi berkurang.

“Tuntutan pelajaran anak sekolah lebih tinggi dibandingkan dulu, sehingga mereka lebih sering melakukan les atau kursus, belajar daripada bermain,” kata Rita.

Akibatnya, standar dari pola makan dan asupan gizi seimbang menjadi terganggu, bahkan tak tercapai. Dia menjelaskan, kebutuhan gizi seimbang yang harus dipenuhi setiap anak adalah penyediaan nutrisi makanan yang beragam, diimbangi aktivitas fisik.

Sponsored

Akan tetapi, karena gerak tubuh minim, energi yang dihasilkan dari nutrisi makanan, menumpuk di dalam tubuh dan menjadi lemak berlebih. Kondisi itu diperburuk lagi dengan terbatasnya ruang publik untuk bermain anak, seperti taman kota dan fasilitas olahraga.

“Lapangan atau taman bermain sudah jauh berkurang, karena lahannya banyak dipakai untuk perumahan. Anak-anak terbatas untuk bermain, atau hanya bisa bermain di lapangan kecil,” ujarnya.

Gambaran itu menunjukkan prasyarat bagi tumbuh kembang anak-anak secara optimal belum bisa terpenuhi. Menurut Rita, hal ini adalah tanggung jawab negara dan penyelenggara pelayanan publik terkait pertumbuhan anak.

Titi Wati (37), perempuan dengan berat badan 350 Kilogram ditandu petugas Pemadam Kebakaran dan Tanggap Bencana menuju RSUD Doris Sylvanus di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (11/1). (Antara Foto).

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak disebutkan, makanan yang cukup dan bergizi seimbang wajib dipenuhi sebagai bekal perkembangan anak yang optimal.

Permenkes tersebut pun menyebut, pihak yang bertanggung jawab memantau tumbuh kembang anak adalah kelompok profesi, tenaga pendidik, petugas lapangan Keluarga Berencana, petugas sosial, serta organisasi profesi.

Selain itu, orang tua dan lingkungan keluarga punya peran penting untuk menjaga dan menyediakan kebutuhan nutrisi yang baik bagi anak, terutama di usia bayi, balita, dan prasekolah.

Perhatikan kandungan makanan

Dari perspektif kesehatan dan gizi, Rita mengingatkan, tingkat pendapatan masyarakat, perubahan gaya hidup, dan urbanisasi yang cenderung meningkat juga akan meningkatkan potensi obesitas.

Kini, masyarakat dimanjakan beragam tawaran makanan. Hal ini memicu sikap konsumtif yang meningkat, tanpa terkecuali di kalangan anak dan remaja.

“Kini kemajuan industri kuliner berdampak lebih banyak menu yang mengandung karbohidrat, lemak, dan gula yang tinggi. Sayangnya, kandungan serat mikronutrien, yaitu vitamin dan mineral, semakin rendah,” kata Rita.

Rita pun menyarankan, masyarakat harus semakin jeli memperhatikan kandungan gula, garam, dan lemak dalam sajian yang akan dikonsumsi.

Salah satu penyebab obesitas adalah gaya hidup tak sehat.

Kasus Titi Wati dan Arya Permana bisa menjadi bukti bahwa obesitas mengancam siapa saja, baik usia dewasa maupun anak-anak. Selain operasi dan konsultasi dengan tim dokter, Arya pun berhasil sembuh, karena pola hidupnya yang terjaga.

Di samping mengatur pola makan, Arya yang kini bisa beraktivitas normal, dianjurkan olahraga, seperti bermain bulu tangkis, sepak bola, dan berjalan. Dia pun mendapatkan obat-obatan dan multivitamin, yang rutin diminum, untuk kesehatan tulang, kecukupan gizi, dan larutan susu.

“Kini, porsi makan Arya cukup 5 hingga 7 suap sudah kenyang,” kata Ade Somantri Kusumah.

Berita Lainnya
×
tekid